Jakarta, Beritasatu.com - Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong transformasi pertanian dari pola tradisional menjadi lebih modern guna mendongkrak produktivitas.
Transformasi pertanian itu sejalan dengan harapan Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo yang berharap pertanian Indonesia bergerak ke arah yang maju, mandiri dan modern.
Salah satu upaya transformasi sektor pertanian itu diwujudkan oleh Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan melalui program yang disebut Sistem Kerja Latihan dan Kunjungan serta Supervisi.
Program yang disebut Sistem Kerja Lakususi itu merupakan pendekatan yang memadukan antara pelatihan bagi penyuluh dan ditindaklanjuti dengan kunjungan berupa pendampingan kepada petani atau kelompok tani (poktan) secara terjadwal dan didukung dengan supervisi teknis dari penyuluh senior.
Sistem Kerja Lakususi sudah dilakukan penyuluh pertanian selama puluhan tahun dan efektif mentransfer inovasi teknologi kepada user, petani dan praktisi pertanian.
Mentan Syahrul menyebut, di tahun 2022 inovasi dan teknologi menjadi kunci pembangunan pertanian di Indonesia.
Menurutnya, sistem dan alat pertanian modern berbasis teknologi akan menjadi salah satu penentu tercapainya target produksi pangan di masa mendatang.
“Pertanian tidak mungkin tanpa teknologi, tidak mungkin tanpa inovasi. Pertanian harus bisa beradaptasi agar mampu mencapai target yang ada. Ke depan, perubahan iklim juga menjadi tantangan dan kita tidak bisa menjawab tantangan ini tanpa teknologi," jelas Mentan Syahrul, sebagaimana dikutip dari keterangan tertulis, Rabu (13/4/2022).
Mentan Syahrul mengungkapkan, cara-cara baru seperti penggunaan mekanisasi pertanian, traktor tanpa awak, drone, robot tanam padi dan teknologi digital lain berbasis Artificial Intelligence (AI) dan Internet of Things (IoT) akan menjadi arah kebijakan pembangunan pertanian dan mendorong sektor ini agar mampu bersaing hingga memenangkan persaingan di kancah global.
Sejalan dengan hal tersebut, Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi pada arahannya di agenda kegiatan Ngobrol Asyik (Ngobras) volume 17, Selasa (12/4/2022) bertemakan "Yuk, Pandai Menulis dan Publikasinya Via Website dan Media Sosial" yang dilaksanakan di AOR BPPSDMP, Jakarta mengatakan, saat ini kita sedang melakukan transformasi pertanian tradisional ke pertanian modern.
“Ciri pertanian tradisional yaitu melakukan cara-cara manual dalam mengolah tanah, masih menggunakan tenaga binatang ternak dan menghasilkan produktivitas rendah. Sedangkan pertanian modern menggunakan smart farming," jelas Dedi.
Lebih lanjut Dedi mengatakan, pola pertanian smart farming di antaranya yaitu pemanfaatan teknologi informasi, pemanfaatan alsintan dan pemanfaatan internet optik, dengan hasil produktivitas tinggi.
Penyuluh Pertanian dan blogger kabupaten Bogor, Evrina Budiastuti yang menjadi narasumber Ngobras, pada materinya memaparkan tentang mengapa penyuluh pertanian harus menulis.
Menurut Evrina, kewajiban penyuluh terkait penulisan di antaranya penyusunan Dupak (Daftar Usulan Pengajuan Angka Kredit), pelaporan suatu program dan mengembangkan profesi.
“Adapun menulis untuk kepentingan petani dan masyarakat yaitu membuat materi penyuluhan, mempromosikan dunia pertanian, membantu mempromosikan produk petani, memberikan inspirasi kepada masyarakat dan ini tujuan mulia penyuluhan," jelas Evrina.
Selanjutnya, Evrina menjelaskan bagaimana menulis materi di media sosial di antaranya Facebook, Instagram dan Twitter.
“Untuk menulis materi di media sosial harus dapat bermain dengan visual, membuat video dan memperhatikan panjang konten," ujar Evrina.
Evrina memberikan tips hari terbaik untuk posting di media sosial Instagram yaitu Senin, Rabu dan Kamis. Untuk hari Sabtu, pukul 17.00 adalah waktu yang ideal untuk posting.
“Waktu terbaik posting pada Instagram yaitu pada saat makan siang, antara pukul 11.00 hingga pukul 13.00 serta usai jam kerja, yakni pukul 17.00 hingga 21.00 malam," tutup Evrina.
SUMBER: BERITA SATU