Blog •  18/12/2024

Tradisi Perontokan Padi Manual, Kearifan Lokal yang Masih Terjaga

Something went wrong. Please try again later...

KBRN, Mataram: Di tengah modernisasi pertanian yang semakin pesat, masih ada sejumlah tradisi pertanian yang dipertahankan salah satunya oleh  masyarakat Desa Mambalan, Kecamatam Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat. Tradisi  tersebut yakni tradisi merontokkan padi secara manual. Meskipun teknologi pertanian telah mempermudah banyak aspek dalam proses panen, tradisi ini tetap dilestarikan sebagai bagian dari warisan budaya yang memiliki nilai sosial, spiritual, dan ekonomi yang tinggi.

Menurut Saruji, salah seorang petani di Desa Mambalan, Gunugsari mengatakan, kegiatan merontokan padi adalah tahap penting dalam proses panen padi, dimana bulir padi dipisahkan dari tangkainya. Tradisi ini sering kali dilakukan secara manual oleh petani dengan menggunakan tangan atau alat tradisional seperti  pemukul padi. Meskipun metode mesin modern seperti mesin perontok padi semakin banyak digunakan, tradisi perontokan padi manual tetap dipertahankan di banyak daerah, terutama di desa-desa yang lebih mengutamakan cara tradisional.

Tradisi perontokan padi bukan hanya sekadar pekerjaan fisik yang dilakukan untuk memperoleh hasil pertanian, tetapi juga mengandung makna budaya yang terus dipertahankan. Ini adalah waktu yang penting bagi komunitas petani untuk bersosialisasi, merayakan hasil kerja keras mereka, dan berdoa agar hasil panen tahun depan lebih melimpah.

Tidak hanya itu pada saat proses perontokan padi, petani bekerja bersama memberikan kesempatan untuk saling berbagi cerita dan mengikat hubungan sosial antar warga.

Tradisi perontokan padi memberikan nilai sosial yang kuat di masyarakat Desa Mambalan dan desa – desa yang ada disekitanya. Kegiatan ini sering kali dilakukan dengan cara gotong-royong, di mana satu keluarga atau satu desa membantu keluarga petani yang sedang panen. Ini mencerminkan semangat kebersamaan dan saling membantu, yang merupakan salah satu kekuatan utama masyarakat tradisional di Indonesia.

Selain itu, tradisi ini juga mengandung nilai spiritual. Banyak masyarakat Indonesia percaya bahwa hasil pertanian, termasuk padi, merupakan anugerah dari Tuhan dan harus disyukuri. Oleh karena itu, perontokan padi dilakukan dengan penuh rasa hormat dan doa agar hasil panen berikutnya lebih baik. Ini adalah bentuk rasa syukur atas rezeki yang diterima dan doa agar alam tetap memberikan hasil yang melimpah.

Di tengah perubahan zaman dan kemajuan teknologi, tradisi perontokan padi manual kini semakin jarang dijumpai, terutama di daerah yang sudah mulai mengadopsi alat dan mesin modern dalam pertanian.

Namun, masih ada komunitas yang berupaya mempertahankan tradisi ini untuk menjaga hubungan mereka dengan alam dan sebagai bentuk penghargaan terhadap leluhur mereka.

Beberapa desa, terutama yang berada di daerah wisata,  mengadakan acara  perontokan padi tradisional sebagai daya tarik wisata budaya. Hal ini tidak hanya berfungsi untuk melestarikan tradisi, tetapi juga memberikan kesempatan bagi generasi muda untuk memahami pentingnya menjaga tradisi dan budaya pertanian.

Tradisi perontokan padi secara manual adalah salah satu bagian dari budaya pertanian yang masih dipertahankan di banyak daerah Indonesia.

Dengan tetap mempertahankan tradisi ini, kita tidak hanya menjaga kearifan lokal, tetapi juga memastikan bahwa generasi berikutnya memahami pentingnya pertanian dan kebersamaan dalam menjaga keberlanjutan alam dan kehidupan. (RRI/Lalu Sajadi)