Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengatakan lahan rawa yang bisa dimanfaatkan untuk penanaman padi di Kabupaten Merauke, Papua Selatan, mencapai 44.711 hektare.
"Potensi optimalisasi lahan rawa di Kabupaten Merauke mencapai 44.711 hektare," kata Amran dalam keterangan di Jakarta, Sabtu (1/6) dikutip dari Antara.
Amran menyebut lahan rawa ini tersebar di tujuh titik utama yakni Distrik Jagebob seluas 5.060 hektare, Distrik Kurik seluas 12.742 hektare, Distrik Malind seluas 6.186 hektare.
Kemudian Distrik Merauke seluas 1.686 hektare, Distrik Naukenjerai 261 hektare, Distrik Semangga seluas 7.027 hektare, dan Distrik Tanah Miring seluas 11.746 hektare.
"Sementara kita targetkan 40.000 hektare di Merauke, secara bertahap target tersebut akan kita capai dengan optimalisasi lahan dan mekanisasi pertanian, sehingga pertanaman (padi) yang hanya satu kali dalam setahun bisa bisa ditingkatkan menjadi 2-3 kali dalam setahun," ujar Amran.
Kementerian Pertanian menyiapkan Kabupaten Merauke menjadi penyedia pangan skala luas dengan modernisasi pertanian melalui optimalisasi lahan (Opla). Sementara itu, secara keseluruhan, Kabupaten Merauke memiliki potensi lahan pertanian seluas 1,2 juta hektare.
Sampai dengan tahun 2023 telah termanfaatkan untuk sektor tanaman pangan dan hortikultura seluas 67.612,49 hektare dengan luas baku sawah seluas 42.328,42 hektare.
"Luas baku sawah tersebut setiap tahun rata-rata luas tanam 63.000 hektare, rata-rata Indeks Pertanaman 1,7," ujar Amran.
Sementara Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Ali Jamil mengatakan pihaknya juga mendistribusikan alat dan mesin pertanian sebanyak 330 unit untuk 7 distrik di Kabupaten Merauke.
Ali merinci traktor roda empat (TR4) 200 unit, traktor roda dua (TR2) 30 unit, pompa air 80 unit, dan RT 20 unit.
Ia menyebutkan saat ini telah dilakukan olah tanah di Kampung Ngguti Bob Distrik Tanah Miring, Kabupaten Merauke.
"Kegiatannya di antaranya normalisasi saluran dan pengolahan lahan pada lahan rawa pasang surut dengan menggunakan TR4," kata Ali.
Ali menjelaskan secara umum sawah di Merauke menggunakan sistem polder mini. Artinya, sawah dikelilingi tanggul dan pematang. Sedangkan untuk sirkulasi air menggunakan pompa.
"Pompanisasi digunakan pada musim hujan untuk mengurangi genangan di sawah, dan pada musim kering digunakan untuk mengisi air dari saluran sekunder ke dalam sawah," ujarnya.
Selain itu, kata Ali, pada sebagian lahan di Merauke masih terdapat lahan yg IP100 dikarenakan pasokan air dan tidak tersedianya aksesibilitas.
Maka salah satu solusinya adalah dengan normalisasi saluran atau penempatan pompa air yang berkapasitas besar untuk mempercepat pengaliran air dari intake dan estafet pada saluran yang jauh dari intake.
"Demikian juga pada musim hujan untuk mempercepat drain dari area sawah ke saluran pembuang," katanya.
Sumber: https://www.cnnindonesia.com/