Berdasarkan rilis dari Crop Life Indonesia, lebih dari 88 jenis tanaman dari 44 negara di dunia telah terinvasi hama Fall Army Worm (FAW) atau ilmiahnya adalah Spodoptera frugiperda.
Hama asli Amerika ini pertama kali teridentifikasi di Nigeria, Afrika pada tahun 2016. Kemudian, hama ini mulai memasuki Asia pada tahun 2018.
Tim ahli dari Institut Pertanian Bogor (IPB) mengungkapkan temuan bahwa FAW sudah dideteksi di Indonesia. Ini dibuktikan berdasarkan pengamatan lapangan yang dilakukan di Pasaman Barat, Sumatera Barat pada bulan Maret 2019 lalu.
Sekilas, spesies ini mirip dengan ulat grayak. Secara morfologi, Spodoptera frugiperda dapat dikenali dengan adanya garis mirip huruf Y terbalik pada bagian kepalanya. Ciri lainnya adalah terdapat empat pinakula (bintik besar) pada bagian abdomen (perut) segmen delapan. Selain itu ulat jenis ini juga memiliki tiga garis sepanjang bagian atas tubuh dan memiliki garis lebar seperti pita pada lateral tubuh.
Siklus hidup FAW sangat bergantung pada suhu lingkungan dan berlangsung sekitar 30 hari di musim panas hingga 90 hari di musim dingin. Fase telur berlangsung selama 2-3 hari, sedangkan fase larva berlangsung selama 14-30 hari dan biasanya terdapat 6 instar. Pembentukan pupa terjadi di tanah dan berlangsung 8-30 hari. Sementara imago aktif pada malam hari dan menghasilkan telur sekitar 2.000 butir yang diletakkan pada daun tanaman.
Hama ini memiliki jelajah tinggi dan juga reproduksi yang cukup cepat, sehingga bisa merusak tanaman secara singkat.
Untuk pengendaliannya, sebaiknya dari awal dilakukan monitoring terlebih dahulu dalam waktu seminggu sekali atau paling lama lima belas hari sekali. Selain itu ketepatan waktu dalam menanam juga menjadi salah satu bentuk antisipasinya.
Bisa juga menggunakan patogen hama yaitu mengumpulkan larva atau ulat yang mati karena penyakit kemudian diblender dan digunakan sebagai bahan penyemprotan. Selain itu, perlu juga untuk menggunakan agensia hayati seperti Beuveria bassiana, Bacillus thuringiensis, Baculovirus spodoptera, NPVS ataupun musuh alami Trichogramma.
Cara lainnya adalah melalui pengendalian secara mekanis yaitu dengan mengumpulkan larva dan telur kemudian dihancurkan. Sementara, insektisida spesifik mengendalikan FAW belum ada yang terdaftar di Indonesia. Belajar dari negara lain, insektisida yang bisa digunakan mengandung bahan aktif Emamektin benzoat, Klorantaniliprol, Siantraniliprol dan Tiametoksam.
Hama ulat ini bersifat polifag yang artinya dapat memakan segala jenis daun tanaman yang ada di sekitarnya dan umumnya menyerang tanaman berumur di bawah dua bulan. Saat ini serangan FAW sudah ditemukan pada 80 jenis tanaman lebih, beberapa diantaranya adalah pada tanaman jagung, padi, tebu, kedelai, kubis, cabai, bawang, paprika, tomat, timun, pisang, dan sebagainya.
Sumber: 8Villages