YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Warga menanam jagung di proyek Rehabilitasi Saluran Air Hujan Jalan Babaran, Kelurahan Tahunan, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta yang pengerjaanya berhenti.
Pengerjaan proyek terhenti karena kasus dugaan suap yang saat ini masih ditangani Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Dari pengamatan Kompas.com di Jalan Babaran, tampak ada dua lubang galian proyek Rehabilitasi Saluran Air Hujan. Proyek di Jalan Babaran merupakan bagian Rehabilitasi Saluran Air Hujan Jalan Supomo.
Di sekeliling lubang tampak terpasang tali pembatas. Sepeda motor yang melintas pun harus bergantian karena lubang galian menutup sebagian badan jalan. Dibekas aspal yang dibongkar untuk proyek, terlihat tanaman jagung yang sudah dipangkas. "Saya menanam jagung ini sekitar tiga bulan lalu," ujar Barmadi (62), warga Jalan Babaran Rt 37/ RW 12 Kelurahan Tahunan, saat ditemui Kompas.com, Selasa (3/12/2019).
Barmadi menyampaikan, menanam jagung di bekas proyek Rehabilitasi Saluran Air Hujan yang berada tepat di depan rumahnya tiga bulan lalu. Awalnya dirinya tidak sengaja menanam jagung. Saat itu hanya melempar biji jagung untuk memberi makan ayam miliknya. Ternyata setelah beberapa hari, Barmadi melihat di lokasi proyek tersebut tumbuh jagung. Dari situlah dirinya berinisiatif untuk meneruskan menanam jagung di lokasi proyek.
Lokasi proyek yang ditanami jagung oleh Barmadi sepanjang 10 meter. Sedangkan luasnya sekitar 1 meter. Menurutnya, setelah pengerjaanya berhenti, lubang galian tetap dibiarkan terbuka. Aspal jalan tepat di depan rumahnya yang sudah dibongkar juga dibiarkan begitu saja.
Sehingga pengguna jalan harus bergantian untuk bisa melintas. "Saat siang hari itu debunya kemana-mana, apalagi kan ini tepat di depan rumah saya," ujar dia. Kondisi tersebut membuatnya stres.
Namun, dengan ditanami jagung membuat pemandangan di depan rumahnya lebih adem. Tumbuhan jagung yang ditanamnya juga menjadi penanda bagi pengguna jalan agar berhati-hati karena ada lubang galian proyek.
15 hari panen. Barmadi tekun merawat tanaman jagung yang ditanam di proyek Rehabilitasi Saluran Air Hujan. Selain di siram setiap hari, tanaman jagung juga di bekas aspal yang mengelupas itu juga berikan pupuk. "Setiap hari pagi dan sore saya sirami. Pupuknya saya menggunakan pupuk kandang," ujar dia.
Barmadi juga rutin mencabuti rumput-rumput liar yang tumbuh di sekitar tanaman jagungnya. Hal itu dilakukan agar tidak menganggu pertumbuhan tanaman jagung.
Menurutnya, meski ditanam di bekas aspal yang terkelupas, tapi tanaman jagungya tumbuh dengan baik. "Rencana saya dulu bisa sampai panen," ujar dia. Hanya saja, Barmadi harus mengurungkan niatnya sampai panen. Ia memutuskan untuk memangkas tanaman jagungnya.
"Sebenarnya kurang 15 hari lagi panen, tapi tadi pagi saya pangkas. Tadi Saya kasihkan orang Wonosari untuk makan ternak," ujar Barmadi. Keputusan memangkas tanaman jagung karena khawatir menganggu proses penutupan lubang bekas proyek yang saat ini sedang berjalan.
"Saya potongi dari pada menganggu, nanti kalau ga dikerjakan alasanya tanaman ini kan saya yang kena," ujarnya. Barmadi menuturkan, harapan warga agar lubang bekas galian ditutup kembali. Sehingga jalan bisa dilalui dengan normal. Menutup lubang Dari pengamatan Kompas.com tampak lubang proyek Rehabilitasi Saluran Air Hujan sudah ditutup dengan cor semen.
Namun bagian atas belum ditutup sepenuhnya. Para pekerja juga tampak bekerja di lokasi untuk mengembalikan kondisi agar bisa dilewati pengguna jalan. Saat dikonfirmasi, Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi mengatakan, sudah berkonsultasi dengan KPK.
Hasilnya, Pemkot Yogyakarta menindaklanjuti dengan menutup lubang proyek. "Ya,dikembalikan dulu seperti semula, agar jalan masih bisa digunakan masyarakat karena jalan tersebut menjadi jalan alternatif warga. Serta agar nyaman buat warga, biar debunya tidak mengganggu warga," ujar Heroe saat dihubungi. Proses pengerjaan sudah mulai dilakukan sekitar sepekan lalu. Jalan ditargetkan selesai bulan ini.
Heroe menyampaikan, masyarakat sudah tahu persoalan yang sebenarnya terjadi. "Masyarakat juga tahu, waktunya bisa panjang. Makanya agar jalanan tidak berdebu, masyarakat menanami jagung, biar tidak berdebu juga untuk menghalangi debu masuk ke rumah-rumah," ujar dia. Herore mengapresiasi keputusan warga yang dengan sukarela memotong tanaman jagung. Hal ini menunjukan kedewasaan masyarakat.
Sumber: Kompas