JAKARTA, JITUNEWS.COM – Ulat grayak merupakan salah satu jenis hama tanaman yang menjadi momok menakutkan bagi para petani. Hama ulat ini juga dikenal juga dengan sebutan ulat tentara, karena menyerang tanaman secara bergerombol bagaikan tentara hingga daun tanaman habis dan meranggas.
Gejala serangan ditandai dengan daun tanaman meranggas, biasanya hanya tersisa tulang daunnya saja. Pada serangan parah, tanaman akan gundul kehabisan daun. Jika populasinya sangat tinggi, larva pada stadium akhir dapat menghabisi seluruh daun tanaman hanya dalam waktu semalam.
Berikut 7 cara jitu mengendalikan hama ulat grayak menurut Prof. Soemartono Sosromarsono, Dr. Aunu Rauf dan Ir. A. Toerngadi M.Sc yang ketiganya merupakan pakar serangga hama IPB.
Ledakan ulat grayak biasanya terjadi secara temprorer, serangan ulat grayak bisa tinggi lantaran populasi ulatnya meningkat. Untuk meredam ledakan populasi tersebut pertama lakukan pengamatan rutin ke setiap bagian sudut kebun dengan cara ini kehadiran hama perusak bisa terdeteksi sedini mungkin.
Langkah berikutnya lakukan pengendalian mekanis dengan cara membakar ulat usia muda yang sudah di kumulkan dalam satu wadah. Sedangkan sawah yang pernah terkena ulat grayak sebelum ditanami perlu digenangi air, sisa panenan dibabat sebagian dan tunggul-tunggul dibakar. Ini merupakan upaya mematikan ulat dan kepompong yang tinggal dipangkal rumpun yang bisa menjadi sumber bencana pada musim tanam berikut.
Langkah ketiga lakukan sanitasi lapangan, sewaktu melakukan sanitasi lapangan, gulma berdaun lebar dan rerumputan di sekitar pertanaman jangan dibabat habis. Sisakan sedikit untuk tempat hidup ulat grayak pada populasi yang sangat rendah. Kalau ulat grayak pada suatu saat musnah total, dikhawatirkan musuh alaminya jenis-jenis belatung dari keluarga Tachinidae-pun hilang. Kerugiannya, begitu sang ulat mendadak merajalela, maka tidak ada musuh alami yang mengendalikannya.
Selanjutnya melalui pengendalian kimiawi. Sudah jelas Insektisida itu racun. Wajar jika pengendalian dengan insektisida merupakan pilihan terakhir. Penyemprotan sebaiknya dilakukan pagi atau sore hari saat ulat masih usia muda. Daya tahan ulat tua terhadap insektisida besar sekali. Insektisida yang bisa dipakai ialah yang bersifat racun kontak dan racun perut. Dosisnya sesuai aturan pakai.
Langkah kelima dengan cara pengendalian biologis. artinya memanfaatkan serangga penyengat dari famii Tachinidae untuk menahan laju perkembangan hama yang aktif di malam hari. Serangga penyengat seperti Palexorista lucagus atauCuphocera varia meletakkan telur di tubuh ulat grayak. Begitu telur jadi belatung, ia merusak jaringan tubuh ulat. Dalam waktu 3-5 minggu belatung berubah menjadi kepompong dan saat itulah si grayak mati.
Keenam dengan cara melakukan tanam serentak, untuk mencegah ketersediaan makanan bagi ulat, penanaman sebaiknya dilakukan serentak sehingga panen pun bisa bersamaan. Seandainya tidak serentak, tanaman yang paling akhir ditanam kemungkinan besar terkena wabah ulat grayak lantaran populasi hama ini cepat berkembang.
Terakhir dengan cara pergiliran tanaman. Pergiliran tanaman merupakan upaya memutuskan kelangsungan hidup ulat dengan menanam tanaman yang bukan inangnya. Biasanya pergiliran yang dilakukan ialah padi-padi-palawija atau padi-palawija-padi.
Sumber : JITUNEWS