KOMPAS.com – Kementerian Pertanian (Kementan) merealisasikan program optimasi lahan rawa seluas 25 hektare (ha) untuk Kelompok Tani Jaya di Desa Gunung Marijo, Kecamatan Pinangsori, Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng), Sumatera Utara (Sumut).
Program tersebut bertujuan untuk mendokrak indeks pertanaman dan atau produktivitas pertanian di Kabupaten Tapteng.
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan, optimasi lahan rawa diharapkan dapat berkontribusi terhadap upaya peningkatan produksi pertanian di Indonesia.
"Ada dua hal yang disasar melalui program tersebut, yaitu produktivitas dan kesejahteraan petani. Optimasi lahan rawa bermanfaat untuk sektor pertanian dan petani itu sendiri,” ujar Syahrul dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Minggu (22/5/2022).
Pada kesempatan sama, Direktur Jenderal (Dirjen) Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan Ali Jamil menambahkan, potensi peningkatan indeks pertanaman dan atau produktivitas pertanian melalui optimasi lahan rawa bukan hal tak mungkin.
Ali optimistis, potensi lahan yang dimaksimalkan dapat berpengaruh terhadap peningkatan indeks pertanaman dan atau produktivitas dapat terwujud.
"Indonesia memiliki potensi lahan rawa sebesar 33,4 juta ha. Meski begitu, terdapat sejumlah kendala yang dihadapi untuk merealisasikan program optimasi lahan rawa tersebut," papar Ali.
Ali menjelaskan, kendala tersebut adalah tingkat kesuburan lahan yang rendah, kemasaman tanah yang tinggi, dan rezim air yang fluktuatif yang menyebabkan genangan air tinggi saat banjir atau pasang. Selain itu, pendangkalan kekeringan saat musim kemarau juga menjadi tantangan.
"Kendala lain yang dihadapi adalah infrastruktur lahan dan air yang masih sangat terbatas dan belum berfungsi dengan optimal. Di sisi lain, biaya usaha tani lahan rawa juga tinggi," terang Ali.
Ali menambahkan, produktivitas tanaman di daerah rawa yang rendah disebabkan kurangnya suplai air ke sawah dan pupuk dolomit untuk menyuburkan lahan.
Meski begitu, imbuh Ali, dapat diatasi dengan teknologi, riset, pupuk berkualitas, dan mekanisasi pertanian. Dengan begitu, lahan rawa dapat dimaksimalkan dengan sistem yang lebih baik.
“Diperlukan upaya optimasi lahan pertanian di lahan rawa dengan mengoptimalkan pertanian di lahan rawa menjadi lahan pertanian produktif. Caranya, melalui penataan sistem tata air dan lahan," ungkap Ali.
Sementara itu, Direktur Perluasan dan Perlindungan Lahan Erwin Noorwibowo menjelaskan, program optimasi lahan rawa difokuskan pada perbaikan infrastruktur lahan dan air.
Dengan begitu, petani diharapkan dapat melakukan pertanaman secara maksimal di lahan pertanian rawa. "Dengan prioritas pada kegiatan perbaikan tata air mikro, rehabilitasi atau pembangunan pintu-pintu air, pembangunan atau pembenahan infrastruktur lainnya di lahan rawa, serta peningkatan kualitas atau kesuburan lahan rawa," kata Erwin.
SUMBER: KOMPAS