TRIBUNJATIM.COM, TULUNGAGUNG - Supangat (54) menyisir tanaman jagungnya di area persawahan Desa Tanen, Kecamatan Rejotangan, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Banyak bonggol buah jagung yang rusak dimakan tikus.
Hewan pengerat itu memakan buah jagung di bagian atas dan hanya menyisakan setengahnya saja. "Rata-rata tinggal setengahnya saja. Bagian atas habis dimakan, bagian bawahnya tidak dimakan," ucap Supangat, sambil menunjuk buah jagung yang rusak, Selasa (26/10/2021).
Serangan tikus ini sudah dialami sejak pohon jagung mulai berbuah (janten). Pohon yang terlanjur dirusak tikus dibabat untuk pakan ternak. Sementara yang dimakan setengah masih dipertahankan hingga masa panen.
"Nanti yang setengahnya masih bisa dipanen meski sedikit. Sayang kalau dibuang semua," ucapnya. Jika dipersentase, kerusakan tanaman jagung milik Supangat mencapai satu per tiga. Situasi semakin tidak menguntungkan, sebab di awal masa pertumbuhan ada serangan hama bulai.
Akibatnya banyak tanaman jagung yang terganggu pertumbuhannya, lalu dibabat. Dari tanah 200 Ru, diperkirakan panen kali ini hanya menghasilkan 300 kilogram. Padahal dalam kondisi normal bisa mencapai 1,5 ton.
"Baru tahun ini ada serangan tikus. Tahun lalu tidak seperti ini," tutur Supangat. Para petani berupaya mengendalikan tikus dengan memasang racun tikus.
Meski banyak tikus mati, namun tidak mengurangi skala serangan. Supangat mengaku khawatir jika serangan tikus tak dikendalikan, maka saat musim tanam padi nanti juga menjadi sasaran tikus.
"Mungkin nanti akan dilakukan gropyokan sebelum tanam padi," tandas Supangat. Serangan tikus juga terjadi di Desa Banjarejo, Kecamatan Rejotangan. Seorang petani bernama Sakur (54), mengaku tanaman jagungnya banyak yang rusak dimakan tikus. Tikus ini menyerang saat tanaman masih kecil, dengan memakan bakal buahnya.
"Tikusnya kok pintar, dia tahu letak bakal buahnya terus dimakan. Akhirnya rusak," keluh Sakur. Tanaman yang terlanjur rusak dibabat untuk pakan hewan ternak. Namun Sakur mengaku takut membasmi tikus dengan racun.
Alasannya tikus malah bisa mengamuk dan menyerang dengan skala lebih parah. Sakur memilih mengendalikan tikus dengan menyemprotkan cairan pewangi pakaian.
Aromanya yang harum menyengat efektif membuat tikus menjauh. Namun kelemahannya baunya tidak bisa bertahan lama. "Setiap hari saya bawa ke sawah. Kalau sempat disemprotkan," ucapnya.
Sumber: TRIBUNJATIM