Konsumsi kentang per kapita di Indonesia adalah 1,56-2,29 kg/orang/tahun pada tahun 2011–2015 dan pada tahun 2017 sedikit menurun menjadi 2,22 kg/kapita/tahun. Perubahan konsumsi kentang dipengaruhi oleh perubahan pola konsumsi masyarakat. Namun dari tahun ke tahun permintaan akan produk berbahan dasar kentang makin meningkat. Ali Asgar menyampaikan hal ini pada pengukuhan sebagai Profesor Riset.
Pada saat ini, jumlah restoran fast food yang memperkenalkan french fries kepada konsumen Indonesia telah berkembang dengan cepat. Di samping itu supermarket juga menjual frozen french fries dan beberapa industri pengolahan telah memproduksi produk kentang seperti potato chips dan tepung kentang.
Industri pengolahan ini membutuhkan kira-kira 20–40 ton kentang segar per hari. Salah satu perusahaan penghasil keripik kentang terbesar di Indonesia memerlukan bahan baku kentang industri lebih dari 50.000 ton per tahun. Sementara di Indonesia saat ini terdapat 3-4 pabrik keripik besar, belum termasuk pabrik keripik dengan skala home industry.
Dari segi produksi kentang, terjadi peningkatan dari tahun ke tahun. Produksi kentang meningkat dari 1,09 ton tahun 2012, menjadi 1,16 juta ton pada tahun 2017.
Pada proses panen dan setelahnya, dapat terjadi kehilangan hasil panen yang dapat mengakibatkan penurunan kuantitas dan kualitas kentang. Di Indonesia kehilangan hasil panen kentang dapat mencapai 25 persen.
Kehilangan hasil panen tersebut dapat terjadi dalam waktu beberapa hari sampai beberapa minggu pada penanganan yang dilakukan secara tradisional. Untuk memproduksi kentang sampai dapat dipanen memerlukan waktu sekitar tiga bulan.
Menghadapi pasar kentang dunia yang semakin kompetitif dan meningkatnya persyaratan kualitas serta keamanan pangan, dituntut adanya perbaikan teknologi pascapanen dan pengolahan. Meskipun kentang telah dikenal sejak lama, namun masih banyak produk kentang di Indonesia yang dipasarkan dalam bentuk produk primer dengan nilai tambah yang rendah.
Beberapa inovasi teknologi pascapanen kentang segar telah diperkenalkan untuk memperpanjang umur simpan. Teknologi tersebut diantaranya adalah teknologi pendinginan, teknologi pergudangan, metode penyimpanan dan teknologi pelapisan lilin. Sampai saat ini teknologi pendinginan merupakan teknologi yang paling ekonomis untuk penyimpanan jangka panjang yang pada umumnya ditujukan untuk mempertahankan kesegaran kentang.
Dalam penerapan teknologi-teknologi penyimpanan kentang tersebut, masih ditemukan kekurangan-kekurangan yang perlu diperbaiki. Sebagai contoh telah ditemukan teknologi pascapanen berupa modifikasi penyimpanan kentang sehingga bisa menekan kehilangan hasil kentang namun masih dalam skala kecil sehingga perlu dilakukan pengembangan lebih lanjut dalam skala besar.
Sumber: Hortiindonesia