SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh, Cut Huzaimah SP, MP mengatakan, target program tanam jagung di Aceh pada November 2021 ini, sekitar 8.961 hektar.
Dari target itu, yang sudah ada laporan realisasi tanamnya dari Distanbun Kabupaten/Kota, baru seluas 1.013 hektar.
“Masih rendahnya realisasi tanam jagung bulan ini, disebabkan belum meratanya hujan di berbagai daerah sentra produksi tanaman jagung,” kata Kadistanbun Aceh, Cut Huzaimah melalui Kabid produksi Syafrizal kepada Serambinews.com, Senin (22/11) di Banda Aceh.
Safrizal menjelaskan, pada November ini, ada 18 daerah yang telah melaporkan daerahnya memprogramkan tanam jagung.
Lokasi terluasnya ada di Kabupaten Aceh Tenggara mencapai seluas 2.738 hektare, baru ada laporan realisasi tanamnya sekitar 452 hektare.
Selanjutnya Bireuen seluas 2.047 hektar, laporan realisasi tanamnya belum masuk. Kemudian Aceh Utara seluas 1.171 hektar, laporan realisasi tanamnya baru ada 18 hektare.
Selain tiga daerah tersebut di atas, kata Syafrizal, masih ada beberapa daerah lagi, target tanam jagungnya luas. Antara lain Kabupaten Aceh Besar, bulan ini memprogramkan tanam jagung seluas 313 hektare, sudah ada realisasi tanam seluas 222 hektare, kemudian Aceh Selatan memprogramkan tanam jagung 300 hektare, sudah ada realisasi tanamnya 140 hektare.
Kemudian Nagan Raya programkan tanam jagung 127 hektare, baru ada realisasi tanam 75 hektare, Pidie Jaya programkan 160 hektar, baru ada laporan tanam jagung 75 hektar, Aceh Barat programkan 9 hektar, realisasi tanamnya 28 hektar.
Subulussalam programkan 755 hektar, belum ada laporan realisasi tanamnya.
Kemudian, Aceh Timur programkan 663 hektar, belum ada laporan realisasi tanamnya, Gayo Lues programkan 103 hektar, belum ada laporan realisasi tanamnya, Aceh Tamiang programkan 169 hektar, belum ada laporan realisasi tanamnya. Aceh Jaya programkan 239 hektar, belum ada laporan realisasi tanamnya.
Selanjutnya, Bener Meriah programkan 36 hektar, belum ada laporan realisasi tanamnya, Abdya programkan 35 hektar, belum ada laporan realisasi tanamnya, Pidie programkan 10 hektar, belum ada laporan realisasi tanamnya.
Beberapa daerah yang sudah memprogramkan tanam jagung, tapi sampai minggu ketiga bulan Nopember belum melaporkan realisasi tanam jagung, menurut Syafrizal, kemungkinan petaninya sedang melakukan pembersihan dan mengolah lahan sawah atau kebunnya yang mau di tanam jagung.
Selain itu, kata Syafrizal, ada juga yang sudah membersihkan dan mengolah tanah sawah dan kebun yang mau ditanam jagung, karena hujannya belum merata, sehingg air hujan yang turun dari langit dinilai belum cukup membasahi lahan yang mau ditanam sawah, petaninya belum menabur bibit jagungnya.
Karena petani belum menabur bibit jagung di lahan yang sudah dipersiapkan untuk tanam jagung, kata Syafrizal, petugas penyuluh pertanian lapangan setempat belum melaporkan realisasi tanam jagung di daerahnya ke Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh.
Aiyub, salah seorang Keuchik yang juga sebagai petani jagung Gampong Batee Raya, Kecamatan Juli, Kabupaten Bireuen yang dimintai penjelasannya kepada Serambinews.com melaporkan, pihaknya baru saja panen jagung seluas 367 hektar, pada bulan September lalu.
Ia mengatakan, minat masyarakatnya menanam jagung untuk pakan ternak dan konsumsi cukup tinggi. Kelompok tani jagung Gampong Batee Raya, Kecamatan Juli, Kabupaten Bireuen, dalam setahun dua kali tanam jagung.
Tanam jagung pertma bulan Maret – April dan panennya pada bulan Agustus - September. Tanam jagung kedua bulan Oktober - Nopember, panennya nanti awal Februari - Maret tahun depan.
Untuk tanam jagung bulan Nopember ini, sebut Aiyub, luasnya bertambah menjadi 435 hektar, dari luas panen sebelumnya 367 hektar.
Pada musim panen jagung bulan September lalu, petani jagung menikmati harga beli jagung pipilan dari pedagang pengumpul jagung pipilan lokal dengan harga Rp 4.000/Kg.
"Bulan ini, diinfokan kepada kami dari pedagang pengumpul jagung pipilan lokal, harga jagung pipilan naik lagi menjadi Rp 4.800/Kg," ujarnya.
Aiyub mengatakan, satu hektar tanam jagung menghasilkan 6 – 6.5 ton jagung pipilan. Kalau harga belinya rata-rata Rp 4.000/Kg, dikali produksi satu hektar 6.000 Kg, pendapatannya sekitar Rp 24 juta.
Ia mengakui, penghasilan tanam jagung, bila dibandingkan dengan pendapatan tanam padi, masih berada dibawah penghasilan tanama padi.
Tapi karena kelompok tani di Gampong Batee Raya ini, sudah mencintai tanam jagung, mereka tetap tanam jagung dan harapannya pada saat panen raya, ada yang menampung produksi jagungnya dengan harga di atas Rp 4.000 – Rp 5.000/Kg.
“Kalau dibeli dibawah harga Rp 4.000/Kg, petani jagung sudah pasti rugi, karena mulai tahun ini, harga pupuk non subsidi, pestisida dan herbisida, melonjak cukup tinggi hampir mencapai angka sebesar 100 persen,”ujar Aiyub.
Pada musim tanam jagung bulan Maret dan April lalu, ungkap Aiyub, kelompok taninya ada mendapat bantuan bibit jagung gratis dari pemerintah, untuk lahan seluas 250 hektar, dari target tanamnya 367 hektar.
“Untuk musim tanam jagung pada bulan Nopember ini, dirinya belum mendapat info, apakah ada bantuan bibit gratis atau tidak dari pemerintah,” ujarnya.
Sumber: SERAMBINEWS