TRIBUNNEWS.COM, TERBANGGI BESAR - Tahun 2019 tampaknya akan menjadi mimpi buruk bagi petani jagung di sejumlah kecamatan di Lampung Tengah.
Pasalnya, masuk musim tanam sejak akhir November hingga Desember ini, tanaman justru diserang hama ulat.
Di Kecamatan Terbanggi Besar, petani menyebutkan hampir seluruh tanaman jagung dengan luas ratusan hektare milik mereka rusak dan dipastikan gagal panen pada akhir tahun ini.
Sudibyo salah seorang petani jagung menyebutkan, tanaman yang diserang hama ulat padahal sudah berusia tanam 10 hingga 20 hari usia tanam.
Kerusakan yang diakibatkan ulat menurut Sudibyo, bonggol dan batang menjadi busuk.
"Kalau di sini (Jalan 10 Kecamatan Terbanggi Besar), hampir semua tanaman jagung petani terancam gagal panen. Hama ulat merata menyerang tanaman kami," terang Sudibyo, Minggu (29/12/2019).
Dari pengakuan Sudibyo, karena ulat menyerang bagian bonggol dan batang, hampir 90 persen tanaman tak bisa tumbuh dan mati.
"Ya kayak gini Mas. Dari umur 10 hari sudah di serang ulat. Pertama ulat kecil itu menyerang atau memakan daunnya. Setelah itu agak besar ulat itu masuk ke batang jagung," kata Sudibyo.
Tokoh Masyarakat Terbanggi Besar Muhammad Ikhsan mengatakan, pemerintah daerah harus mengambil langkah cepat dalam menanggulangi wabah hama ulat yang menyerang tanaman jagung milik petani.
"Saya melihat langsung ke bawah dan mendengar keluhan petani kita di Lampung Tengah. Adanya wabah ulat pada saat tanaman jagung baru usia 10 sampai 30 hari sudah banyak diserang. Dari hasil survei kita turun ke bawah, hampir semua wilayah di Lamteng terserang hama ulat ini," jelas Muhammad Ikshan.
Lampung Tengah, lanjutnya, 70 persen masyarakatnya adalah petani. Ke depan pemerintah daerah harus memiliki Badan Udaha Milik Kampung (BUMkam) yang khusus menangani seluruh masalah pertanian.
"Kita harus ada BUMKam, yang menangani masalah pupuk organik. Harus diajak duduk bareng perusahaan yang ada dan minta bantuan mengentaskan bersama permasalahan kesusahan pupuk dengan membuat pupuk organik dengan kualitas maksimal dan telah di uji di laboratorium nanti," pungkasnya.
Ditangani dengan Pestisida
Bupati Loekman Djoyosoemarto menerangkan, ia akan melakukan pengecekan terhadap lahan pertanian yang terserang hama ulat. Hal itu lanjutnya akan ditangani dengan penyemprotan.
"Kita akan cek lokasi tanaman yang terserang hama (ulat). Kita akan bagikan juga pestisida supaya tanaman yang tidak terserang tidak ikut rusak," terang Loekman Djoyosoemarto.
Unus, petani jagung di Kecamatan Anak Tuha menyebutkan, kerugian akibat serangan hama ulat bagi petani mengakibatkan kerugian hingga Rp 5 juta per hekatre dari lahan milik petani.
Ia menyatakan, kerugian juga karena petani tak lagi bisa menanam yang lain di akhir tahun ini. Ia berharap, pemerintah segera mengambil langkah agar kerugian mereka tidak semakin parah.
"Supaya bisa dicarikan solusinya agar kami tidak merugi sekali. Karena kami tidak bisa lagi berbuat apa-apa. Apalagi saat ini seluruh lahan sudah ditanami jagung dan hampir semuanya terserang hama," tandasnya.(sam)
Sumber: Tribunnews