MAUMERE - Serangan hama pada tanaman jagung yang melanda beberapa lahan petani di Kabupaten Sikka itu dipengaruhi oleh beberapa faktor. Diantaranya, faktor pengolahan lahan, hingga cuaca akibat perubahan iklim yang menyebabkan hujan tidak merata.
Untuk sementara, serangan hama ulat penggerek masih dalam kategori ringan. Karena itu hingga saat ini belum ada rekomendasi dari Petugas Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) untuk dilakukan penyemprotan.
Demikian dikatakan Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian Kabupaten Sikka, Kristian Amstrong kepada media ini, Selasa (21/12) siang, saat dikonfirmasi terkait serangan hama ulat pada tanaman jagung milik petani di Sikka.
"Sampai saat ini berdasarkan laporan dari lapangan, serangan hama masih kategori ringan. Sehingga belum ada rekomendasi dari POPT untuk dilakukan penyemprotan," kata Amstrong.
Rekomendasi itu, kata Amstrong, penggunaan obat- obatan yang akan disemprotkan pada tanaman pertanian harus berdasarkan kategori sedang atau berat. Kendati demikian, obat semprot tidak disarankan kepada petani, tetapi disemprotkan langsung oleh petugas.
"Kalaupun sudah parah, kami sendiri yang turun semprot, tanaman milik warga. Obat tidak dikasih ke petani, takutnya obat disalah gunakan oleh petani," ujar Amstrong.
Serangan Hama Ulat pada Tanaman Jagung di Sikka Masih Kategori Ringan (1)
Menurut Amstrong, ketersediaan obat untuk tanaman jagung untuk petani saat ini sangat cukup persediaan. Namun belum dilakukan penyemprotan akibat kerusakan masih dalam tataran kerusakan ringan yang masih bisa diselesaikan secara manual.
Amstrong berharap kepada seluruh petani di Sikka yang jagungnya diserang hama ulat, agar bisa dibersihkan secara manual dengan membersihkan setiap pucuk jagung.
Sebelumnya diketahui bahwa puluhan hektar tanaman jagung milik petani di Bangboler, Desa Hepang, Kecamatan Lela, diserang hama ulat yang akan berbuntut pada ancaman gagal panen.
Thadeus Onang, warga Bangboler, Desa Hepang, Kecamatan Lela, Kabupaten Sikka, kepada media ini menuturkan bahwa hama ulat mulai menyerang batang dan pucuk tanaman jagung miliknya.
Karena itu Thadeus Onang bersama istrinya terpaksa setiap hari harus mengamati ulat penggerek di setiap pucuk dan batang jagung untuk dicungkil atau dibersihkan karena jika tidak, maka tanaman jagung miliknya dikuatirkan akan layu dan mati.
"Kalau kami tidak cungkil buang ulatnya, tanaman jagung ini mati semua. Karena itu setiap hari kami harus perhatikan setiap pucuk tanaman jagung, agar tidak mati," kata Thadeus Onang.
Langkah manual membasmi ulat dengan cara mencungkil di setiap pucuk jagung, lanjut Thadeus adalah karena tidak memiliki uang untuk membeli pestisida untuk disemprotkan pada tanaman jagung yang terserang hama.
Jika dibiarkan maka akan dipastikan semua tanaman jagung miliknya akan mati dan itu akan membuat Thadeus sekeluarga akan terancam rawan pangan di tahun 2022 mendatang.
Sumber: Kumparan