REPUBLIKA.CO.ID,INDRAMAYU -- Para petani di Kecamatan Sindang, Kabupaten Indramayu, menikmati produksi yang cukup tinggi pada panen gadu kali ini. Areal sawah mereka yang sebelumnya mengandalkan pompanisasi, kini terlayani irigasi.
Panen di wilayah Kecamatan Sindang itu bahkan diikuti pula oleh Bupati Indramayu, Nina Agustina, Sabtu (7/8). Orang nomor satu di Kabupaten Indramayu itu antusias melakukan panen di lahan seluas 139 hektare milik dua kelompok tani di wilayah tersebut.
‘’Alhamdulillah dengan irigasi teknis, ada kenaikan produksi,’’ ujar Nina.
Sebelumnya, hasil panen di lahan tersebut hanya di kisaran enam ton per hektare. Pelaksanaan tanam pun selalu mengandalkan jasa pompanisasi dengan biaya yang sangat tinggi. Namun dengan layanan irigasi saat ini, hasil panen meningkat menjadi 8,6 ton per hektare.
Meski senang dengan hasil panen yang meningkat, namun petani di wilayah irigasi golongan IV yang meliputi wilayah kecamatan Sindang, Pasekan, Cantigi, dan Arahan, sangat berharap agar BBWS Cimanuk Cisanggarung kembali dapat mengoptimalkan sipon Bendung Bangkir. Selama ini, sipon di bending tersebut tidak berfungsi.
‘’Sipon Bendung Bangkir ini bila dioptimalkan dapat mengurangi biaya pengeluaran petani. Saya berharap sipon dapat difungsikan kembali seperti dulu, sehingga hasil panen kami lebih melimpah lagi,’’ tutur petani setempat, Akmal (47).
Sementara itu, ketersediaan air irigasi yang cukup telah dimanfaatkan petani di sejumlah daerah di Kabupaten Indramayu untuk melakukan musim tanam gadu II atau tiga kali musim tanam dalam setahun.
Wakil Ketua KTNA Kabupaten Indramayu, Sutatang, menjelaskan, ada tiga kecamatan di Kabupaten Indramayu yang hampir setiap tahun melakukan tanam gadu II atau tanam tiga kali dalam setahun. Yaitu, di Kecamatan Sukagumiwang, Tukdana dan Bangodua.
‘’Luas areal tanam saat tanam gadu II di ketiga kecamatan tersebut ada sekitar 10 ribu hektare,’’ kata Sutatang.
Sutatang menerangkan, tanam gadu II itu terlaksana karena ketiga kecamatan itu berdekatan dengan Bendung Rentang di Kabupaten Majalengka. Dengan demikian, suplai air untuk ketiga wilayah itu mencukupi.
Seperti diketahui, Bendung Rentang yang terletak di Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka mendapatkan pasokan air dari Waduk Jatigede, Sumedang. Dari Bendung Rentang itu air kemudian disalurkan melalui dua saluran induk (SI), yaitu SI Cipelang dan SI Sindupraja, untuk mengairi areal persawahan di Kabupaten Indramayu, Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Majalengka.
Meski masuk wilayah Kabupaten Indramayu, namun ketiga kecamatan tersebut berbatasan dengan Kabupaten Majalengka. Karenanya, ketiga wilayah itu mudah mendapatkan pasokan air meski di saat musim kemarau.
Hanya saja, lanjut Sutatang, pelaksanaan musim tanam gadu II memiliki sejumlah resiko. Salah satunya, tingginya serangan organisme penggangu tanaman (OPT). Selain tikus, gangguan OPT juga berupa burung.
‘’OPT dari beberapa daerah akan pindah ke daerah yang masih tanam padi karena makanannya tersedia,’’ terang Sutatang.
Sutatang mengungkapkan, serangan OPT minim, maka produktivitas gabah di tanam gadu II biasanya tinggi. Namun sebaliknya, jika serangan hama tinggi, maka produktivitas akan menurun.
‘’Ya petani biasanya adu nasib saja,’’ tutur Sutatang.
Sutatang menambahkan, untuk musim gadu kali ini, baru beberapa daerah yang sudah panen. Selain Kecamatan Sindang, daerah lain yang sudah mulai panen itu di antaranya Kecamatan Terisi, Kroya, Gantar dan Haurgeulis.
‘’Produktivitas di lahan-lahan yang sudah panen cukup tinggi,’’ terang Sutatang.
Sutatang menyebutkan, produktivitas panen saat ini rata-rata 7,4 ton per hektare untuk GKP. Tingginya produktivitas itu dikarenakan minimnya serangan hama dan ketersediaan air yang memadai.
Sumber: REPUBLIKA