REPUBLIKA.CO.ID, BANJARBARU -- Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra) pada Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian mengajak petani bertanam jagung di musim kemarau. Musim kemarau diperkirakan mulai terjadi sekitar April atau Mei 2020.
"Musim kemarau akan segera tiba, saatnya bertanam jagung untuk mendapatkan hasil maksimal dan keuntungan berlipat ganda," kata peneliti Balittra, Mawardi, Selasa (10/3).
Menurut dia, menanam jagung di musim kemarau merupakan strategi yang bagus karena tidak banyak petani bisa bertanam di musim kering dan panas tersebut. "Harga jagung biasanya sangat tinggi di musim kemarau. Jika pada musim hujan atau harga normalnya Rp 3.000, maka di musim kemarau bisa mencapai Rp 4.000 hingga Rp 4.500 per kilogram. Sehingga keuntungannya luar biasa," ujar Mawardi mewakili Kepala Balittra Hendri Sosiawan.
Kemudian, di musim kemarau serangan hama penyakit juga minim. Berbeda dengan musim hujan seperti di lahan rawa lebak pada musim hujan penuh dengan air hingga tergenang dan banyak hama penyakit bermunculan.
Untuk peningkatan produktivitas petani Balittra juga mengajak petani melakukan penanaman dengan sistem mekanisasi. Hal itu untuk membantu menghemat biaya penanaman, terutama dari pengolahan tanah sebelum tanam. Jika menggunakan alat tanam, satu hari bisa menggarap satu hektare lahan untuk satu orang tenaga kerja saja.
"Ini sangat membantu mengurangi biaya produksi bisa mencapai 70 persen dibandingkan pengolahan tanah secara manual," ujarnya.
Kemudian untuk pembumbunan, yaitu penimbunan tanah di pangkal rumpun tanaman. Apabila dilakukan mekanisasi juga sangat murah dan hemat tenaga. Cukup satu atau dua hari dan satu orang tenaga petani.
Bandingkan jika cara manual, maka dapat memakan waktu sampai satu minggu dengan empat hingga lima tenaga kerja.
"Balittra sangat menganjurkan menggunakan mekanisasi dalam budidaya jagung untuk mendapatkan hasil sangat tinggi dan pada akhirnya pendapatan petani bisa meningkat berkali-kali lipat," ujar Mawardi.
Sumber : REPUBLIKA