Semarang, Idola 92,6 FM – Petani yang ada di Kecamatan Delanggu Klaten, kembali menanam padi jenis Rojolele tetapi yang telah dilakukan rekayasa genetika. Salah satu keuntungannya, masa panen lebih singkat dari jenis Rojolele biasa.
Salah satu petani di Kecamatan Delanggu, Ikhsan Hartanto mengatakan bahwa daerahnya dulu terkenal sebagai sentra beras dengan kualitas premium di Tanah Air. Salah satu produk beras yang dihasilkan adalah jenis Rojolele, dengan ciri wangi dan pulen serta enak saat dimasak.
Menurutnya, jenis Rojolele varietas lama itu diakuinya memiliki masa tanam hingga panen cukup lama sehingga petani meninggalkannya.
Ikhsan menjelaskan, saat ini sudah ada varietas Rojolele Srinuk hasil rekayasa genetika dari Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) yang mampu menghasilkan Rojolele varietas terbaru. Karena, salah satu keunggulannya memiliki masa panen lebih pendek.
“Ini padi Rojolele hasil riset Batam bekerja sama dengan Dinas Pertanian Kabupaten Klaten, serta beberapa petani dari Delanggu. Sejak 2013 yang dahulunya itu usia tanam hingga panen enam bulan, sekarang 105 hari sudah panen. Untuk hasil itu wangi tetep, pulennya juga tetep dan ditanam dengan sistem ini bulirnya lebih banyak,” kata Ikhsan, Kamis (12/11).
Lebih lanjut Ikhsan mengajak kepada seluruh petani padi di Delanggu, agar kembali menanam Rojolele varietas baru. Sehingga, mampu mengembalikan kejayaan beras Rojolele dari Delanggu.
“Delanggu kan dulunya pusat Rojolele di Tanah Air, meski belum ada data secara spesifik. Tetapi, orang tahu kalau Rojolele pasti dari Delanggu,” pungkasnya.
Sumber: Radioidola