Jakarta: Serangan hama dan penyakit tanaman di lahan pertanian yang luas dan tersebar kini tidak lagi menjadi momok bagi petani di Tanah Air. Peneliti FMIPA UGM mengembangkan inovasi sistem pembasmi hama dan penyakit tanaman melalui udara dengan memanfaatkan pesawat tanpa awak secara otonom.
“Sistem pembasmi hama dan tanaman penyakit ini menggunakan drone yaitu modul flight controller untuk drone yang dibuat secara mandiri dengan kemampuan terbang secara autonomus,” jelas pengembang inovasi ini, Andi Dharmawan dikutip dari laman UGM, Jumat, 10 Januari 2010.
Penelitian ini berangkat dari fakta adanya kendala yang petani di Tanah Air yang menghadapi serangan hama dan penyakit tanaman. Serangan hama kerapmengakibatkan penurunan hasil pertanian dan perkebunan yang dapat mengancam ketahanan pangan di Indonesia.
Sementara itu, penanganan hama dan penyakit tanaman tidak bisa dilakukan dengan cepat akibat lahan yang cukup luas dan tersebar. Kondisi itu yang membuat Andibersama tim peneliti lainnya dari Program Studi Elektronika dan Instrumentasi Departemen Ilmu Komputer dan Elektronika FMIPA mengembangkan inovasi untuk mengatasi persoalan tersebut.
Andi mengatakan, sistem dikembangkan dengan memakai pesawat tanpa awak (UAV) berjenis fixed wing. UAV ini dilengkapi dengan komponen elektronik seperti motor brushless, motor servo, GPS, telemetri, baterai, dan IMU6 DOF.
Sedangkan secara mekanik dilengkapi dengan propeler 13”, maximum take of weight sebesar 4 kilogram, serta bodi dan sayap dibuat dari hardfoam. Selain itu, dilengkapi pula dengan sebuah flight controller yang merupakan metode kendali Linear Quadratic Regulator (LQR).
“Penggunaan flight controller ini diperlukan agar UAV bisa terbang dengan stabil dan menjalankan misi secara otonom,” terang dosen Prodi Elektronika dan Instrumentasi UGM ini.
Tak hanya itu, UAV juga memiliki kemampuan untuk membawa pestisida yang nantinya akan disemprotkan untuk membasmi hama dan penyakit tanaman.
Di samping mengembangkan sistem pembasmi hama, Andi juga memanfaatkan UAV untuk fungsi lain yakni pemetaan penyakit tanaman. Dia bersama Agus Harjoko, Ph.D., membuat sistem teknologi pengenalan penyakit dan hama untuk mengidentifikasi berbagai jenis penyakit tanaman.
Kali ini UAV dengan jenis fixed wing dilengkapi dengan sebuah flight controller yang dapat terhubung dengan sebuah ground segment yang didukung dengan menggunakan BTS Baloon.
Nantinya UAV akan melakukan pemantauan dan pemetaan pada wilayah yang ditentukan. Setelah itu, hasilnya diproses menggunakan Artificial Intelegence (AI) untuk mengidentifikasi wilayah yang terkena hama dan penyakit tanaman.
“Pemetaan dilakukan menggunakan tiga wahana fixed wing dan bisa memetakan hingga 200 hektare,” terangnya.
Sumber: Medcom