Memontum Lamongan – Tingkat provitas dan pemanfaatan teknologi yang masih rendah mendorong Pemerintah Kabupaten Lamongan untuk melakukan inovasi guna mendukung swasembada jagung di Indonesia. Pemanfaatan teknologi terbaru sesuai dengan agroekologi dan sosial ekonomi petani dianggap dapat meningkatkan provitas jagung, dampaknya pendapatan petani jagung dapat meningkat.
Hal tersebut diungkapkan Bupati Lamongan, Fadeli, pada presentasi dan wawancara kompetisi inovasi pelayanan publik dengan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi yang dilaksanakan secara virtual, Jum’at (10/7/2020).
Menurut Bupati Lamongan, H. Fadeli, SH, MM ada beberapa tahapan yang dilakukan untuk merubah petani dari pertanian tradisional menjadi pertanian modern.
Hal tersebut dimulai dengan membuat kawasan percontohan budidaya jagung modern (sasaran 15 kecamatan), melakukan sosialisasi, pelatihan, publikasi, dan pendampingan kelompok tani, pengembangan kawasan percontohan, menfasilitasi penyediaan sarana produksi, menguatkan kelembagaan petani, menumbuhkan koperasi petani, membangun kemitraan dengan sumber teknologi, keuangan, sarana produksi dan produsen pakan ternak, serta melakukan monitoring dan evaluasi.
Pertanian modern, kata Fadeli dilakukan dengan menggunakan teknologi terbaru, tanam-panen menggunakan mesin, penggunaan pupuk (insektisida dan herbisida) yang tepat dosis, serta penggunaan bibit unggul hibrida (pioneer 27, bisi 18, bisi 321) dianggap lebih efisien dalam meningkatkan keuntungan petani.
Lebih lanjut Fadeli menambahkan, jika dilihat dengan analisis usaha, biaya produksi pertanian modern (sarana produksi, tenaga kerja/sewa alat) memang relatif lebih mahal yakni Rp 15.385.000 dibanding pertanian tradisional Rp 13.450.000, namun hasil yang diperoleh juga cenderung lebih besar yakni 10.850 kg/ha untuk pertanian modern dan 6.700 kg/ha untuk pertanian tradisional.
Jika dihitung pendapatan dengan harga jual Rp 3.900 per-kg, maka hasil yang diterima adalah Rp 42.315.000 untuk pertanian modern dan Rp 26.130.000 untuk tradisional. Dengan demikian pendapatan bersih yang diperoleh petani adalah Rp 26.957.000/ha pada petani modern dan Rp 12.680.000 pada petani tradisional, jika dirasio yakni 2,7 banding 1,9.
“Biaya produksi memang naik 12.4 persen, namun hasil panen juga naik 38.2 persen, begitu juga pendapatan petani yang naik sebesar 52.9 persen,” ungkap Bupati Fadeli.
Bupati Lamongan juga mengungkapkan bahwa capaian provitas jagung meningkat setiap tahunnya setelah menggunakan pertanian secara modern, yakni mulai dari 5.8 ton/ha pada tahun 2016, 8.4 ton/ha pada tahun 2017, tahun 2018 sebesar 9.4 ton/ha, tahun 2019 9.5 ton/ha, dan meningkat menjadi 9,7 ton/ha pada tahun 2020.
Sumber: Memontum lamongan