Tabanan (bisnisbali.com) –Menurunnya jumlah hasil panen yang dibarengi dengan lesunya permintaan pasar akan beras, membuat sejumlah pelaku usaha penggilingan padi di Kabupaten Tabanan sementara waktu tak menyerap produksi gabah. Sebagai gantinya, mereka mengalihkan serapan pada jagung pipilan yang sedang memasuki musim panen untuk dijual dalam kualitas jagung kering setelah melalui proses pengeringan (dryer).
Salah satu pengusaha penggilingan padi, A.A. Made Sukawetan, di Tabanan, Minggu (5/9), mengungkapkan saat ini luasan panen padi di tingkat lokal sudah jauh menurun seiring telah selesainya musim panen. Hal tersebut dibarengi dengan lesunya permintaan pasar akan beras, akibat maraknya bantuan sosial (bansos) yang mengalir ke masyarakat di tengah dampak pandemi dan PPKM yang masih berlangsung hingga kini.
Menyikapi hal tersebut, pihaknya sementara waktu terpaksa berhenti menyerap produksi, karena stok beras yang ada belum terserap dengan baik oleh pasar hingga sekarang. “Saya sudah lakukan ini sejak sebulan terakhir, seiring kian maraknya bantuan yang digulirkan pemerintah dan kalangan swasta kepada masyarakat yang terdampak pandemi,” jelasnya.
Diterangkannya, maraknya penyaluran bantuan sekaligus membuat harga beras di tingkat penggilingan menjadi turun. Terakhir berada di kisaran Rp 8.800 per kilogram, sedangkan harga gabah kualitas gabah kering panen (GKP) merosot ke level Rp 4.200 per kilogram.
Sebagai gantinya, Sukawetan sementara waktu mengalihkan serapan pada produksi jagung pipilan hasil petani lokal yang sedang memasuki musim panen. Saat ini harga jagung berada di kisaran Rp 4.000 per kilogram di tingkat petani. Setelah melalui proses pengeringan, pihaknya membanderol harga jagung berkisar Rp 5.200 hingga Rp 6.000 per kilogram tergantung kadar airnya. “Biasanya jagung dengan kadar air 14 persen harganya rendah, sedangkan panen jagung yang kadar airnya 12 persen harganya cukup mahal,” ujarnya.
Permintaan pasar akan jagung pipilan umumnya untuk kebutuhan bahan pakan ternak. Saat ini permintaan akan jagung pipilan cukup tinggi. Semuanya terserap habis dalam waktu singkat. “Sepuluh ton tidak sampai seminggu sudah habis terjual. Bahkan, biasanya begitu setelah selesai proses pengeringan selama 2-3 hari, jagung langsung diserap pasar atau habis dibeli,” kilahnya.
Sumber: bisnisbali