Jakarta - Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo panen perdana jagung hibrida musim tanam April di Desa Lanca, Kecamatan Tellu Siattinge, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan (Sulsel). Menurutnya, Bone memiliki daerah, sejarah dan budaya yang baik dan didukung dengan rasa kebersamaan masyarakat yang masih sangat tinggi. Selain itu, lahan pertanian Bone juga luas sehingga menjadi salah satu sentra produksi.
"Saya senang kalau Pak Bupati sudah menghitung hasil jagung hingga lahan yang berada di pegunungan. Misal kita butuh dryer tiga, siapa takut, tapi tidak ada bagi-bagi. Kita harus tingkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani," ujarnya dalam keterangan tertulis, Sabtu (3/7/2021).
Syahrul yakin pembangunan pertanian di Sulsel dapat meningkat. Oleh karena itu dia mengatakan Kementerian Pertanian (Kementan) siap mendukung kebutuhan yang disampaikan Bupati Bone, Andi Fahsar Mahdin Padjalangi.
"Jika menanam jagung harus dihitung keuntungannya. Harus ada dihitung hasilnya berapa. Setelah itu hitung apa yang harus dilakukan," katanya.
"Start with by ending. Kita tahu benefitnya. Itu saya gunakan," lanjutnya.
Lebih lanjut Syahrul menegaskan untuk memajukan pertanian daerah tidak bisa hanya mengandalkan dana APBN yang terbatas. Bahkan diungkapkannya saat ini Kementan telah menggunakan dana perbankan sebesar Rp 55 triliun melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang mudah diakses petani.
"Yang macet 00,3 persen. Presiden memintanya untuk menggunakan hingga Rp 70 triliun," tuturnya.
Dia menyebut banyak lahan pertanian yang bagus, namun akan lebih baik jika dikembangkan menggunakan mesin pertanian modern. Selain itu, para petani juga harus menggunakan benih berkualitas serta teknik pemupukan yang tepat dan berimbang.
"Mau tunggu pemerintah, tidak sampai. Uang di bank, yang ada di BNI, Mandiri dan lain-lain uang pemerintah, uang subsidi. Jika ambil sendiri bunganya 15 persen, ini dana KUR hanya 6 persen," katanya.
Dengan kondisi tanah yang baik, menurutnya PR yang tersisa tinggal bagaimana program intervensi dilakukan, program pengembangan sumber daya manusia supaya semakin terampil, serta mekanisasi dan marketable-nya.
"Cocok, hitungkan saya Pak Kadis, Pak Dirjen sampai dryer-nya dan lainnya. Sudah harus naik kelas. Saya berharap satu hektare jagung bisa menghasilkan keuntungan Rp 10 juta hingga Rp 14 juta. Hasilnya tersebut sudah keluar biaya gaji orang telah keluar. Tinggal penghasilan bersih," ujarnya.
Di sisi lain, Syahrul mengungkapkan semua penggilingan di Bone menghasilkan beras dengan harga Rp 8.100 per kg, gabah Rp 4.100 per kg. Namun dia berharap ke depan kualitas mesin penggiling harus ditingkatkan sehingga dapat menghasilkan beras premium dengan harga Rp 12 ribu.
"Jagung sudah bagus, tapi ia menilai pupuknya kurang bagus. Hal ini bisa dicek. Artinya masih butuh sebuah budaya untuk meningkatkan produktivitas. Ini tinggi tapi mestinya bisa lebih besar. Pertanian tergantung varietas yang bagus. Ditambah pupuk yang tepat, obat-obatan kalau terjadi serangan," tandasnya.
Diungkapkan Syahrul sektor pertanian menjadi penunjang pertumbuhan ekonomi nasional selama pandemi COVID-19, yakni mencapai lebih dari Rp 2 ribu triliun atau sekitar 16,4 persen.
"Alhamdulillah kerja tulus dan tidak ada yang macam-macam, pertanian tidak mengalami penurunan secara nasional," tuturnya.
Sementara itu Bupati Bone, Andi Fahsar Mahdin Padjalangi mengatakan Kabupaten Bone menjadi penyuplai sektor komoditas jagung di tingkat nasional dengan total produksi jagung per tahun mencapai 500 ribu ton.
"Jadi Kabupaten Bone InsyaAllah akan mendukung kebutuhan nasional," katanya.
Tak hanya komoditi jagung, sambung Fahsar, Kabupaten Bone juga menjadi andalan pada sektor komoditas padi atau beras dan sapi secara nasional. Adapun produksi komoditas pertanian utamanya, yaitu beras
"Kabupaten Bone, sebagai penghasil beras nasional berada pada urutan tujuh nasional pada tahun 2019 dan pada tahun 2020 sedikit menurun pada urutan sembilan," ujarnya.
"Demikian pula dengan populasi peternakan sapi, Kabupaten Bone berada pada urutan kedua nasional," pungkasnya.
Sebagai informasi, luas panen jagung nasional sebesar 4,1 juta hektare dengan produktivitas 5,58 ton per hektare, produksinya 22,9 juta ton pipil kering kadar air 25% atau 19,9 juta ton PK dengan kadar air 15%. Sedangkan luas panen jagung Sulsel sekitar 291.442 hektare dengan produktivitas 5,67 ton per hektare sehingga produksinya 1,66 juta ton pipil kering dengan kadar air 25%. Adapun luas panen jagung Bone 48.541 hektare dan dengan produktivitas 6,57%, produksinya 321.944 ton pipil kering dan kadar air 25%.
Sumber: Finance Detik