Salah satu upaya untuk meningkatkan efisiensi penggunaan air irigasi adalah dengan memanfaatkan hujan secara efektif dan optimal.
Optimalisasi penggunaan air hujan mempunyai makna temporal dan spasial untuk budidaya pertanian tanaman pangan khususnya tanaman padi di lahan kering.
Makna temporal artinya bagaimana memanfaatkan sumberdaya iklim (hujan) seoptimal mungkin untuk budidaya pertanian di lahan kering dengan melakukan perencanaan pola dan masa tanam yang tepat sehingga terhindar dari resiko kehilangan hasil akibat cekaman air.
Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan analisis agroklimat dikaitkan dengan tanah dan tanaman, sehingga menjadi informasi yang lebih aplikatif untuk menunjang perencanaan masa tanam dan menekan risiko kekeringan (cekaman air).
Sistem panen hujan merupakan teknologi alternatif yang dapat berfungsi mengurangi banjir pada musim hujan dan menyediakan sumber air irigasi pada musim kemarau untuk perluasan areal tanam, peningkatan intensitas tanam, produksi, produktivitas dan kualitas hasil tanaman.
Air hujan yang melebihi daya tampung DAS pada musim hujan akan merugikan karena dapat menyebabkan banjir yang mempengaruhi lahan pertanian dan pemukiman. Di lain pihak pada saat musim kemarau banyak daerah pertanian yang mengalami kekeringan, memerlukan irigasi agar hasil pertanian tidak menurun.
Oleh karenanya, perlu dilakukan optimalisasi pengelolaan air hujan yang berlebih dengan cara menampungnya untuk meningkatkan luas tanam pada musim kemarau yang akan datang. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan membuat tampungan air baik berupa rorak, embung, maupun dam parit.
Melalui cara ini, air hujan yang ada bisa dimanfaatkan kembali tidak hanya dalam waktu satu kali, melainkan dapat digunakan hingga 2-3 kali.
Bila pemanfaatan sumber air ini dilakukan secara optimal, maka bukan tidak mungkin program swasembada pangan di tahun 2045 dapat tercapai dan membawa kesejahteraan bagi masyarakat luas di Indonesia khususnya bagi para petani lokal.
Sumber : 8Villages