Tabanan (bisnisbali.com) – Hujan yang terjadi sepekan terakhir mulai berdampak pada kualitas panen padi yang dihasilkan para petani di Kabupaten Tabanan. Tapi kondisi tersebut tak lantas membuat harga gabah di tingkat petani menurun, mengingat harga gabah dengan kualitas gabah kering panen (GKP) tetap stabil saat ini.
Pelaku usaha penggilingan padi di Tabanan yang juga Ketua DPD Persatuan Penggilingan Padi (Perpadi) Bali, A.A. Made Sukawetan, Selasa (19/1), mengungkapkan, saat ini harga gabah di tingkat petani di Kabupaten Tabanan berada di kisaran Rp 4.700 per kg. Sedangkan, beras di tingkat usaha penggilingan di kisaran Rp 9.400 per kg.
Harga gabah maupun harga beras ini cenderung stabil. Hal ini mengingat saat ini produksi atau panen padi di tingkat lokal tidak banyak, sedangkan untuk beras dipicu oleh banyak pasokan atau masuknya beras dari luar (Jawa) ke Bali. “Rata-rata harga gabah maupun beras ini tidak mengalami pergerakan. Sebab, permintaan pasarnya juga tidak banyak saat ini,” tuturnya.
Namun, stabilitas harga gabah di tingkat petani ini tidak dibarengi dengan kualitas panen yang dihasilkan. Hal itu terjadi karena musim hujan telah berdampak pada tanaman. Kualitas turun, yang salah satunya dicerminkan dengan kadar air (rendemen) yang tinggi dari kondisi normal. “Saat ini rendemen cukup tinggi, namun kami berupaya tetap menyerap hasil panen petani lokal ini,” tuturnya.
Lebih lanjut Sukawetan menjelaskan, saat ini kendala hanya terletak pada rendemen, sedangkan untuk pasokan bahan baku atau gabah masih tetap ada yang merupakan hasil panen produksi petani Tabanan. Hasil dimaksud berasal di antaranya dari Penebel dan Tabanan bagian Barat.
“Di tengah musim hujan ini rata-rata rendemen padi yang dihasilkan oleh petani lokal berkisar 48-50 persen. Itu jauh menurun kualitasnya dibandingkan sebelumnya,” tandasnya.
Saat ini untuk produksi beras rata-rata 15 ton gabah dengan kualitas GKP per minggu. Jumlah tersebut dikondisikan menurun seiring dengan kondisi serapan pasar yang terjadi saat ini.
Sumber: bisnisbali