Dompu (Suara NTB) – Kabupaten Dompu kembali didatangi jajaran pemerintah Kabupaten Manggarai Barat NTT untuk melakukan studi banding tentang cerita sukses program jagung. Merubah pola pikir masyarakat dari bertani untuk hidup menjadi bertani untuk bisnis dan jagung dipilih karena mudah dikerjakan petani serta memberi efek besar.
Hal itu kembali diungkapkan Bupati Dompu, Drs H. Bambang M. Yasin di hadapan rombongan studi banding dari Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Manggarai Barat NTT di ruang rapat Bupati Dompu, Rabu, 11 Maret 2020. “Selama ini petani menanam jagung, tapi sekedar tanam. Kita berhasil merubah mindset petani. Tanam jagung bukan sekedar dimakan, tapi jagung sebagai bisnis,” kata H. Bambang M. Yasin.
Mengawali program jagung tahun 2010 dengan membentuk Satlak (satuan pelaksana) yang melibatkan jajaran TNI, Polri, SKPD dan relawan. Setiap lahan kosong didorong untuk menanam jagung, babinsa pun terlibat menjadi petani dan menjadi contoh bagi petani untuk mau menanam jagung. Masalah bibit, pupuk dan modal difasilitasi Satlak melalui pinjaman bank untuk modal, bantuan benih dan ketersediaan pupuk.
Namun saat itu, harga jagung relatif rendah dan sarana prasarana terbatas. Pemerintah juga masih banyak import jagung untuk kebutuhan pakan dalam negeri. Upaya meyakinkan pengusaha pakan dalam negeri untuk mau membeli jagung hibrida dalam negeri dan mengurangi import jagung terus dilakukan. Bahkan keluar masuk kantor dengan membawa sample jagung pipilan Dompu dilakukan Bupati. “Saya masih simpan ranselnya (yang dipake untuk membawa jagung contoh ke pengusaha pakan dan di pemerintah pusat) sebagai kenang – kenangan,” ungkap H Bambang.
Upaya ini belum banyak membuahkan hasil. Saat panen jagung, Bupati didemo karena harga belum menguntungkan petani. Kondisi ini membuat Pemda Dompu menggunakan Perusahaan Daerah (Perusda) Kapoda Rawi untuk menalangi harga jagung petani tahun 2012. “Masalah pasar ini kami jadikan tantangan. Kami pelajari, kami carikan solusinya,” katanya.
Gerakan menanam jagung di Dompu tidak hanya sekedar menjadi program dan tanggungjawab pemerintah, tapi juga digeserta menjadi tanggungjawab bersama dengan rakyat. Sehingga ketergantungan akan pemerintah secara bertahap berkurang dan ini ditandai dengan semakin minimnya bantuan pemerintah, tapi program jagung terus bertambah luas dan meningkat produksinya.
Jagung di Dompu bukan sekedar jadi lapangan kerja. Jagung menjadi sumber pendapatan masyarakat, tapi bisa mempengaruhi kebijakan pemerintah pusat. Mulai tahun 2015, jagung mulai memiliki HPP dan import jagung mulai dibatasi pemerintah.
Ekonomi rakyat Dompu juga secara bertahap meningkat yang ditandai dengan pengurangan kemiskinan dari 20 persen tahun 2010 menjadi 12 persen tahun 2019. “Kami pilih jagung karena mudah dikerjakan oleh masyarakat. kami serius menangani masalah – masalahnya,” kata H Bambang.
Rombongan studi banding jajaran Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Manggarai Barat NTT ini dipimpin kepala bidang Tanaman Pangannya, Ahmad Rudi, SP dan membawa serta seluruh kepala UPTD Tanaman Pangan dan Perkebunan merangkap Kepala BPP se Kabupaten Manggarai Barat.
Ia pun menyampaikan, secara potensi lahan antara Manggarai Barat dengan Kabupaten Dompu masih jauh lebih baik serta lebih luas Manggarai Barat. Tapi hingga saat ini, luas tanaman jagungnya baru 20 ribu ha. Sehingga kehadirannya di Dompu tidak hanya soal studi banding soal budidaya, tapi filosofi kepemimpinan Drs H. Bambang M. Yasin sebagai Bupati yang berhasil mendorong gerakan menanam jagung hingga bisa mensejahterakan rakyatnya.
“Bukan hanya budidaya jagung yang kami lakukan studi banding di Kabupaten Dompu ini, tapi filosofi kepemimpinan Bupatinya sehingga bisa sukses mendorong program jagung dan dapat mensejahterakan rakyat,” kata alumni Fakultan Pertanian Unram ini.
Sumber : Suara NTB