SURABAYA - Produktivitas padi di berbagai layan pertanian di Indonesia bisa dimaksimalkan. Melalui cara ketahanan pangan yang tepat, langkah untuk memperoleh hasil panen yang tinggi bisa diperoleh.
Dosen Departemen Teknik Geomatika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Prof Dr Ir Bangun Muljo Sukojo DEA DESS melalui penelitiannya Analisis Estimasi Produktivitas Pertanian Menggunakan Pengamatan Insitu, Fase Tumbuh dan Autoregresif Integrated Moving Average (ARIMA) dinilai bisa meningkatkan produktivitas padi.
Dia menjelaskan, dalam mengestimasi produktivitas pertanian, perkebunan, kehutanan, keanekaragaman dan sumber daya hayati dapat menggunakan indeks vegetasi. “Indeks vegetasi ini didapat dari jumlah klorofil tanaman padi,” kata Bangun, Rabu (22/1/2020).
Menurut dia, semakin tinggi klorofil yang terdapat di tanaman padi, semakin tinggi pula indeks vegetasinya. Melalui indeks vegetasi inilah, nantinya akan diketahui tingkat produktivitas padi dalam menghasilkan beras.
Penelitian itu, kata dia, indeks vegetasi didapatkan dengan meletakkan sensor di satelit menggunakan gelombang elektromagnetik yang dapat memantau jumlah klorofil padi. “Sensor ini digunakan selama fase tumbuh dan dipotret lewat citra satelit,” ujar dia.
Ada pun fase tumbuh padi antara lain, masa tanam yakni nol hingga satu bulan, masa vegetatif yakni satu hingga dua bulan, masa reproduksi yakni dua hingga tiga sampai empat bulan, dan masa panen yakni tiga sampai empat bulan. Setiap masa tersebut akan dipotret untuk nantinya divalidasi menggunakan beberapa pendekatan.
Pendekatan yang dipakai pada penelitian ini ialah pengamatan insitu, yakni pengamatan posisi geografis objek melalui GPS, nilai indeks vegetasi dengan Spektrometri, dan pengambilan sampel air dan tanah. “Sampel diambil untuk mengetahui salinitas pH, insektisida, kandungan air, zat hara, kandungan air dan lain-lain,” kata dia.
Alumnus Universitas Paul Sabatier Toulouse 3, Prancis ini, menjelaskan, informasi yang didapatkan dari sampel tersebut akan dianalisis untuk mengetahui tingkat produktivitas padi. Selain itu, validasi juga dilakukan dengan membandingkan hasil penelitian dengan hasil metode ARIMA yang digunakan dalam analisis produktivitas sebelumnya.
Penelitian ini mengambil studi kasus di Kabupaten Bojonegoro sebagai lumbung padi terkemuka di Jawa Timur. Pada tahun 2016, produktivitas padi di Kabupaten Bojonegoro mencapai 1.050.000 ton padi, sehingga memperoleh surplus sebesar 750.000 ton padi dari target produksi.
Melalui analisis yang telah dilakukan, diketahui bahwa Kabupaten Bojonegoro memiliki indeks vegetasi yang tinggi dan tata kelola pertanian yang baik dalam 10 tahun terakhir. Namun, Kabupaten Bojonegoro dinilai memiliki produktivitas yang rendah disebabkan oleh faktor eksternal. "Rendahnya produktivitas Kabupaten Bojonegoro disebabkan kurangnya tenaga kerja petani," jelas dia.
Dosen kelahiran 1953 itu menjelaskan, di samping meningkatkan akurasi data produktivitas padi, analisis ini juga dinilai lebih efektif dan efisien karena menggunakan citra satelit. “Nanti bisa diketahui luasan satuan sawah serta produksi berasnya berapa,” kata dia.
Di sisi lain, lanjut Bangun, analisis ini dinilai lebih terjangkau, tidak membutuhkan biaya, waktu dan jumlah sumber daya manusia yang banyak. "Terutama bagi pengestimasi produksi padi secara visual sebagai sumber data utama perhitungan statistik ARIMA," kata dia.
Sumber : Jatim Sindonews