JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Pusat Statistik ( BPS) memproyeksi, adanya kenaikan 108.930 hektar atau 1,02 persen luas panen padi menjadi 10,79 juta hektar. Angka ini naik dibanding luas panen padi pada 2019, yakni 10,68 juta hektar. Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, luas panen padi ini adalah angka sementara. Sebab, perhitungan luas panen padi terdiri dari realisasi Januari-September 2020, ditambah potensi luas panen pada Oktober-Desember 2020.
Angka pasti luas panen 2020 tentu akan bergantung pada realisasi bulan Oktober-Desember mendatang. Sebetulnya dalam keadaan normal, angka realisasi tidak akan jauh berbeda dengan potensi. Namun saat ini, ada fenomena La Nina yang berpengaruh pada curah hujan. "Perlu diperhatikan, akan terjadi fenomena La Nina di bulan Oktober-Desember. Dengan fenomena ini, curah hujan di Oktober-Desember tentunya akan bertambah tinggi. Kemarin pemerintah memperingatkan potensi terjadinya multibencana seperti banjir dan longsor," kata Suhariyanto dalam konferensi virtual, Kamis (15/10/2020). Adapun secara realisasi, total luas panen hingga September sudah sebesar 9,01 juta hektar. Angka ini turun 2,97 persen dibanding realisasi tahun lalu.
Namun ada potensi kenaikan 384.000 hektar di Oktober-Desember, sehingga ada potensi naik 10,79 hektar tahun 2020. Karena luas panen meningkat, produksi padi juga meningkat. Potensi produksi padi tahun 2020 diperkirakan meningkat 1,02 persen mencapai 55,16 juta ton gabah kering giling. Angka ini meningkat 556.510 ton dibandingkan produksi di tahun 2019 yang sebesar 54,60 juta ton GKG. Jika potensi produksi padi pada 2020 dikonversikan menjadi beras untuk konsumsi pangan penduduk, produksi beras pada 2020 diperkirakan sebesar 31,63 juta ton. Produksi beras ini mengalami kenaikan sebanyak 314.100 ton atau 1 persen dibandingkan 2019 yang sebesar 31,31 juta ton. "Menurut triwulanan, produksi padi di kuartal II meningkatkan dibanding kuartal II 2019. Itu yang menyebabkan kenapa pertumbuhan sektor pertanian di kuartal II kemarin tumbuh positif," sebut pria yang akrab disapa Kecuk ini.
Adapun sentra produksi padi masih berpusat di Jawa Timur, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan, dan Lampu. Kenaikan produksi padi terjadi di wilayah Jawa Timur, Lampung, Banten, Jabar, dan Sumsel. Namun, ada provinsi yang mengalami penurunan karena cuaca buruk. Di Sulawesi Selatan misalnya, ada 3 kabupaten terendam banjir. Sedangkan di daerah Kalimantan Selatan dan NTT terjadi pergeseran musim hujan sehingga di beberapa wilayah mengalami kekeringan. "Mari berharap bahwa ke depan produksi beras meningkat, cadangan pangan cukup. Tahun ini yang perlu kita perhatikan adalah adanya peringatan fenomena La Nina. Kita perlu mengalami surplus dan stok dari waktu ke waktu, sehingga perencanaan ke depan semakin bagus," pungkasnya.
Sumber: Kompas