Bandung - Gagasan Pemprov Jabar mengenai 5.000 petani milenial tak hanya diproyeksikan mampu memaksimalkan potensi ekonomi tetapi juga memperluas penggunaan teknologi dan internet dalam pertanian.
Hal tersebut dikatakan Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Jabar Dadan Hidayat. Menurutnya, praktek tersebut telah dilakukan di UPTD Balai Kentang Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Barat yang berlokasi di Pangalengan, Kabupaten Bandung yang mulai menerapkan inovasi berbasis internet of things (IoT) terhadap proses pembibitan kentang.
Dia menjelaskan, inovasi teknologi ini memerlukan sejumlah alat canggih seperti panel sensor, komputer, ponsel pintar, serta koneksi internet. Dengan menggunakan perangkat tersebut, pihaknya mampu mengetahui kondisi dan kebutuhan lahan menyangkut kelembapan tanah, Ph air, dan suhu udara.
"Panel sensor yang terhubung ke PC dan gadget itu bisa mengetahui kondisi tanah. Sehingga kita tahu kapan harus disiram dengan jumlah yang tepat, jadi kandungan airnya tepat, tidak lagi ditebak-tebak," kata Dadan dalam keterangannya, Kamis (4/2/2021).
Hasil dari inovasi teknologi tersebut, volume bibit kentang meningkat dari yang asalnya 15 ribu knol menjadi 25 ribu knol per sekali panen. "Sebenarnya yang dihasilkan 30 ribu knol, cuma yang jadi bibitnya 25 ribu," kata dia.
Lebih lanjut, dengan campur tangan teknologi, petani dapat memantau lahan pertaniannya tanpa harus datang ke kebun. Menurutnya, seperangkat peralatan itu bisa digunakan pada 240 meter persegi lahan pertanian kentang.
Pemasangan teknologi pada lahan pertanian memang membutuhkan dana yang tidak sedikit. Biaya yang diperlukan untuk pemasangan mencapai Rp 80-Rp 150 juta untuk setiap lahannya.
Karena biaya yang cukup mahal, Dadan mengakui, pihaknya sangat berharap adanya investor yang mau turut serta dalam memperluas penggunaan teknologi pertanian tersebut. "Memang smart farming ini perlu biaya, jadi peran dari para investor sangat diperlukan," katanya.
Inovasi yang sudah dikembangkan sejak 2019 lalu ini juga berhasil membawa nama Jabar sebagai penghasil benih bagi petani kentang di Provinsi lain seperti Jawa Tengah. "Kami berharap Jabar bisa menjadi sentra bibit kentang di nasional," ucapnya.
Regenerasi Petani dari Kalangan Millenial
Mengenai program petani milenial, Dadan mengatakan, program ini diperlukan untuk regenerasi petani. Dia mengakui saat ini jumlah petani di Jawa Barat terus berkurang.
"Karena milenial ini kan akrab dengan gadget, dan tidak suka kotor-kotoran. Jadi dengan penerapan teknologi pada pertanian, diharapkan bisa menarik minat pemuda untuk bertani," katanya.
Penerapannya dalam smart farming sangat selaras dengan program petani milenial yang sudah terbiasa dan mengenal teknologi khususnya berbasis internet. "Jadi petani saat ini harus terbiasa/mampu mengoperasikan komputer/gadget, makanya digagas program petani milenial," katanya.
Sumber: Detik