Strategi pengendalian OPT sayuran menjadi tugas yang berat bagi berbagai pihak, khususnya para petani. OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) menjadi resiko yang harus dikendalikan, mulai dari resiko produksi tanaman berkurang hingga gagal panen. Tentu saja hal tersebut menjadi kerugian bagi para petani yang membudidayakannya.
Perlu diketahui bahwa sebenarnya, OPT sayuran bisa dikendalikan secara alami dan tidak perlu dikhawatirkan. Namun, seiring dengan perjalanan waktu, ditemukan berbagai pencegah dan pembasmi hama tanaman, ditambah dengan penemuan dan penerapan teknologi di bidang pertanian.
Akan tetapi, hal ini bisa diperparah dengan perubahan musim di Indonesia yang bisa dikatakan tidak menentu. Dengan kondisi semacam itu, OPT sayuran makin tak terkendali dan sulit di-monitoring. Sudah pasti hal tersebut makin merugikan petani. Maka dari itu, perlu adanya strategi pengendalian OPT sayuran yang efektif dan mudah dipraktikkan oleh semua petani, khususnya yang menanam berbagai jenis sayuran.
Serangan OPT sayuran di musim penghujan
Kenapa di musim penghujan serangan OPT semakin mengganas? Hal itu disebabkan oleh penurunan temperatur atau suhu udara, ditambah dengan kandungan air yang melimpah yang mengakibatkan OPT dari yang berukuran kecil hingga besar tumbuh lebih cepat. OPT yang dimaksud khususnya dari golongan bakteri maupun cendawan yang mampu menyerang beberapa jenis tanaman sayuran.
Cabai merah bisa terkena penyakit patek, busuk buah, layu Fusarium, dan bercak daun. Bawang merah dapat terserang penyakit antraknosa, layu Fusarium, dan bercak ungu. Kentang bisa terserang penyakit busuk daun, layu bakteri, dan nematoda sista kuning. Tomat dapat terserang penyakit busuk daun dan layu bakteria.
Semua penyakit tersebut disebabkan oleh OPT sayuran yang makin ganas pada saat musim penghujan. Maka dari itu, direkomendasikan untuk melaksanakan strategi pengendalian OPT sayuran dengan langkah-langkah yang baik dan benar. Lalu, apa dan bagaimana strategi pengendaliannya? Secara umum, strategi pengendaliannya dibedakan menjadi 2, yaitu pengelolaan budidaya pada areal yang sudah ada tanaman di lahannya dan pengelolaan di lahan dan pertanaman baru.
Strategi pengendalian OPT sayuran di areal yang sudah ada tanamannya
Ada beberapa langkah yang harus dilakukan untuk areal lahan pertanian ini, yaitu sebagai berikut.
1. Melakukan sanitasi lingkungan. Artinya, mengumpulkan beberapa bagian tanaman sayuran yang menunjukkan gejala serangan OPT seperti daun, buah, dan umbi. Hal ini harus diperhatikan secara detail agar tidak terlewat bagian tanaman yang terkena gejala serangan OPT. Setelah semua diambil dan dikumpulkan, musnahkan dengan cara dibakar di areal tertentu yang jauh dari lahan budidaya.
2. Melakukan pemupukan berimbang. Jenis pupuk yang digunakan adalah pupuk organik yang lebih ramah lingkungan. Dosis pemupukannya juga harus sesuai dengan kebutuhan dan takaran. Hindari memberikan jenis pupuk nitrogen berdosis tinggi karena dapat menyebabkan tanaman lebih rentan terhadap serangan patogen. Dosis pemupukan organik yang direkomendasikan yaitu sebanyak 5-10 ton per hektar lahan.
3. Rutin membenahi drainase atau saluran air. Hal ini bertujuan agar tanaman sayuran tidak tergenang air atau lahannya terlalu basah di musim penghujan. Pada musim penghujan, bukan tidak mungkin hampir tiap hari lahan pertanian diguyur hujan.
4. Mempraktikkan Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR). PGPR dilakukan dengan memberikan konsentrasi 20 cc per liter air dengan volume penyiraman 100 ml per tanaman. Lalu, dikombinasikan dengan Corine sp dan ditambah Psedomonas fluorescen dan Trichoderma spp masing-masing 10 cc per kilogram kompos. Cara yang satu ini juga sudah terbukti efektif menekan pertmbuhan patogen jenis cendawan dan bakteri, terutama di musim penghujan.
5. Penyemprotan pestisida. Anda bisa menyemprot tanaman sayuran dengan pestisida. Dengan catatan, Anda harus memenuhi prinsip 6 tepat, yaitu tepat jenisnya, tepat dosisnya, tepat sasarannya, tepat cara menggunakannya, tepat waktu penggunaannya, dan tepat alat yang digunakan.
Strategi pengendalian OPT sayuran di lahan baru
Begitu juga dengan pengendalian OPT sayuran di lahan atau pertanaman baru, terdapat beberapa langkah yang bisa dipraktikkan, antara lain sebagai berikut.
1. Mengolah tanah di lahan pertanian hingga kedalaman sekitar 40 cm. Selain itu, membuat drainase atau saluran irigasi sedalam 40 cm untuk mengantisipasi genangan air di musim penghujan.
2. Memilih benih sayuran yang berkualitas bagus dan tahan terhadap penyakit dan OPT. Meskipun harga benihnya lebih mahal, tetapi dijamin tak mudah atau bahkan kebal terhadap serangan OPT, terutama di musim penghujan.
3. Mengatur jarak tanam benih sayuran yang ideal,bertujuan untuk mencegah penyebaran atau penularan OPT.
4. Menggunakan mulsa plastik perak untuk tanaman sayuran yang ditanam di dataran tinggi atau pegunungan. Sementara untuk di dataran rendah, dipakai jerami seperti pada tanaman cabai untuk mengurangi pertumbuhan dan serangan OPT jenis serangga.
5. Memasang perangkap likat kuning 40 lembar per hektar untuk mengantisipasi dan menjebak serangga yang sewaktu-waktu menyerang tanaman.
6. Melakukan pemupukan berimbang dengan jenis pupuk organik. Pemupukan organik sebanyak 5-10 ton per hektar. Selain itu, hindari pemakaian pupuk nitrogen berdosis tinggi.
7. Rutin memperbaiki drainase pada lahan sayuran agar saat musim penghujan tidak digenangi air yang bisa menyebabkan pembusukan tanaman.
8. Rutin membersihkan gulma di lahan sayuran yang dapat dijadikan tempat berkembangnya hama penyakit tanaman.
9. Melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan inang.
10 .Lakukan penyemprotan pestisida secara efektif dan bergantian agar tidak mempercepat terjadi resistensi terhadap OPT. Misalnya, penggunaan insektisida untuk hama dan serangga, serta fungisida untuk patogen.
Itulah strategi pengendalian OPT sayuran yang dapat diinformasikan di sini. Khususnya bagi para petani maupun pembudidaya tanaman sayuran, sudah seharusnya mampu menerapkannya di lahan masing-masing. Sejahtera dan sukses selalu petani Indonesia.
Sumber : Pak Tani Digital