Bisnis.com, SURABAYA — Harga jagung pipil kering di Jawa Timur terus merangkak naik sejak beberapa bulan terakhir sehingga membuat harga pokok produksi (HPP) para peternak ayam petelur turut membengkak. Berdasarkan pantauan Sistem Informasi Ketersediaan dan Perkembangan Harga Bahan Pokok (Siskaperbapo) Jatim per 18 Mei 2021, harga rata-rata jagung pipil kering mencapai Rp6.772/kg. Harga tersebut naik jika dibandingkan dengan periode yang sama April yakni Rp6.511/kg. Harga jagung pipil kering pada 18 Mei ini tertinggi terjadi di wilayah Sidoarjo yakni tembus Rp10.000/kg dan harga terendah terjadi di Kabupaten Kediri. Ketua Paguyuban Peternak Rakyat Nasional (PPRN) Blitar Rofiyasifun mengatakan akibat kenaikan harga jagung yang merupakan pakan ayam ini membuat HPP peternak mencapai Rp21.500—Rp22.500/kg. Hanya saja, peternak saat ini tidak bisa menaikkan harga telur ayam karena dugaan adanya telur ayam infertil atau telur HE (hatched egg) yang beredar di pasaran dengan harga lebih murah.
“Otomatis kami kalah kalau ada telur infertil yang merembes di pasar dan bercampur dengan telur ayam peternak. Kami akhirnya tidak bisa menaikkan harga telur ayam meskipun HPP-nya naik,” katanya kepada Bisnis, Selasa (18/5/2021). Telur infertil adalah telur ayam yang telah dibuahi oleh pejantan untuk tujuan menjadi bibit anak ayam atau day old chicken (DOC), tetapi dalam proses pengeraman tidak berhasil menetas. Rofiyasifun menambahkan saat ini harga telur ayam di tingkat peternak Rp17.500—Rp18.000/kg. Harga tersebut pun sudah naik dibandingkan saat Ramadan dan Lebaran yang hanya Rp16.500—Rp17.500/kg, sedangkan tingkat penyerapan pasar/agen juga masih sangat rendah sehingga peternak sulit menaikkan harga. “Dengan harga jual seperti itu, dan HPP yang mencapai Rp22.500/kg, maka peternak harus menanggung kerugian Rp3.000—Rp4.000/kg,” imbuhnya. Dia mengatakan, naiknya harga pakan ternak ini sebetulnya sudah terjadi sejak 5 bulan terakhir dan terus meningkat akibat kelangkaan. Menurutnya, harga jagung yang normal yakni sekitar Rp4.500/kg sesuai dengan aturan permendag. “Pemerintah sendiri sebenarnya juga sudah menawarkan jagung dari NTB dengan subsidi ongkos pengiriman tapi subsidinya terbatas hanya untuk 2.000 ton saja dan kita sudah manfaatkan dengan menyerap 400 ton,” imbuhnya. Rofi berharap agar ada solusi yang cepat dari pemerintah dalam hal suplai dan harga jagung yang lebih terjangkau serta agar penyerapan telur oleh konsumen bisa meningkat sebab sejak pandemi tren permintaan masyarakat belum benar-benar pulih.
Sumber: Bisnis