MONITOR, Jakarta – Kementerian Pertanian (Kementan) memantau harga jagung di tingkat petani masih cukup stabil dan tidak menunjukkan peningkatan harga yang signifikan. Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi meyakinkan tidak perlu adanya kekhawatiran sejumlah pihak terkait potensi kenaikan harga jagung akibat adanya penurunan produksi. Hal ini disampaikannya pada saat pertemuan terkait kondisi jagung hari Sabtu (24/4) kemarin.
Puncak panen jagung terjadi di bulan Maret sebanyak 697 ribu ha, kemudian April masih ada 284 ribu ha, bulan Mei 286 ribu ha, dan Juni 324. Adapun provinsi dengan luasan produksi jagung terbesar di NTB, Sulsel, Jatim, Lampung, NTT dan Jateng.
“Harga jagung masih stabil, masyarakat tidak perlu khawatir karena ketersediaan jagung di lapangan masih mencukupi kebutuhan,” sebut Suwandi.
Kementan selalu memantau harga secara harian yang dilaporkan online oleh Petugas Informasi Pasar (PIP)
“Dinamika setiap hari kita lihat. Kita sudah petakan juga pabrik pakan ternak, kita mapping dengan setnra produksi dan data harga semoga ada titik temu,” ujar Suwandi.
Produksi pertanian adalah musiman oleh karena itu sangat diperlukan penanganan bersama, tidak hanya oleh Kementan saja. Dalam hal ini perlu sekali adanya alat panen, alat pasca panen pengering, kemudian peternak juga agar punya gudang penyimpanan.
“Sama-sama sinergi seperti bagaimana supaya punya alat dan penyimpanan yang cukup sehingga fluktuasi bisa diatasi dengan hilirisasi dan sarana logistic. Mari kita gandeng tangan duduk Bersama solusi mulai dari pasca panen, sistem gudang, membangun dibackup dengan kemitraan yang permanen dan memanfaatkan akses KUR dari perbankan,” pungkas Suwandi.
Suwandi mencontohkan di Tuban harga mulai turun Rp 200 karena masuk panen, kemudian di Lombok Timur dan Bima truk sedang antri mengambil hasil panen jagung.
“Secara neraca jika tiap bulan ada panen 280 ribu-300 ribu hektar maka supply demand cukup,” sebut Suwandi.
Provinsi NTB adalah salah satu sentra jagung yang saat ini sedang panen raya. Laporan dari petugas PIP Titik Wiyjayanti, di Dompu harga saat ini 4.400 dengan kadar air 17%. Harga di NTB terlihat masih stabil di posisi kisaran angka tersebut. Bahkan, di Kecamatan Donggo dilaporkan masih 60% yang siap panen tanamn jagung di sepanjang gunung.
“Dompu bulan April ini masih banyak ada panen,” ujar Titin.
Di kabupaten lain seperti Lombok Timur pun hampir sama, dilaporkan masih ada panen dengan harga jagung pipilan Rp.4.500-4.700 dengan KA 16 %. Proses masih berjemur sambil dipipil dipinggir jalan.
Terpisah Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan Gatut Sumbogodjati menyebutkan di tahun 2021 harga jagung memang agak merangkak naik, namun demikian bisa dibuktikan produksi melimpah, sehinga bulan berikutnya bisa mulai stabil kembali. Kenaikan harga jagung ini juga ditengarai karena kenaikan harga internasional, selain itu ada fenomena tambahan kebutuhan jagung bukan hanya untuk pakan tetapi juga pangan.
Melihat peluang ini, Kementan sudah mengembangkan produksi jagung tidak hanya pakan ternak tapi juga untuk industri makanan minuman yang rendah aflatoksin.
“Sudah kita kerjasamakan misal dengan daerah di Lampung Selatan, NTB dan Gunung Kidul. Sudah kita bina ke arah memasok industri makanan dengan Jagung Rendah Aflatoksin. Sistem hilirsasi kita bina juga,” ujar Gatut.
Sumber: MONITOR