Kediri (beritajatim.com) – Para petani Kabupaten Kediri telah membudidaya beras organik sejak tahun 2015 tahun. Produksi beras organik sudah siap untuk bersaing di pasar luar negeri.
Menurut Ketua Gapoktan Tawang Jaya Mulya Abadi, Ahmad Yatim Setyawan, secara jumlah untuk tanaman padi organik memang lebih sedikit, dibanding padi konvensional. Namun bila dibandingkan dengan harga jual, nilai dari padi organik ini lebih tinggi.
Ada 3 jenis padi organik yang dikembangkan yakni jenis beras merah, beras hitam dan beras putih. Dari ketiga jenis tersebut, beras putih masih menjadi favorit dari konsumen.
“Beras putih masih lebih disuka oleh masyarakat. Karena rasanya yang sudah familiar. Untuk beras hitam dan beras merah banyak diminta untuk pasar luar daerah diantaranya Jakarta dan beberapa pusat perbelanjaan,” ucap Yatim, Senin (15/3/2021).
Untuk 2 hektar sawah bisa menghasilkan sekitar 7 ton padi organik. Yatim mengatakan, keuntungan menanam padi organik ini, sawahnya tidak terserang hama. Meski beberapa padi lainnya terserang wereng.
“Rata-rata 100 ru luas sawah, bisa menghasilkan padi organik sebanyak 9 kuintal. Dari panen pada musim tanam kali ini, 2 hektar sawah bisa menghasilkan sekitar 7 ton,” ucapnya.
Proses tanam padi organik sama saja dengan proses tanam padi secara konvensional. Hanya saja petani tidak memerlukan tambahan pupuk kimia.
“Yang dipakai adalah pupuk kandang. Pupuk kandang ini dipakai yang masih segar, karena hasilnya ternyata lebih bagus. Kalau yang sudah terpapar sinar matahari, dan sudah mengeras, hasilnya di tanaman tidak begitu bagus,” ucapnya.
Pada musim tanam berikutnya, akan dilakukan ujicoba untuk eksport beras organik ke Swiss. Ada sekitar 17,91 lahan sawah di kabupaten Kediri yang ditanami padi organik.
“Kita sudah bersiap untuk ijicoba eksport beras organik ini ke Swiss. Surat-suratnya juga sudah diurus dan sudah dilakukan assesment pertama. Kita tinggal tunggu kelanjutannya nanti,” ucapnya.
Dalam melakukan penanaman padi organik ini, petani dibantu oleh pemerintah daerah setempat untuk penyediaan bibit. Sementara untuk masa tanam berikutnya, petani harus memapu membuat sendiri bibit tersebut.
Sumber: Berita Jatim