REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) menyiapkan subsidi ongkos angkutan distribusi jagung dari sentra pertanaman ke pusat-pusat produksi unggas. Langkah itu dilakukan untuk menekan kenaikan harga jagung khususnya bagi peternak unggas mandiri.
Kepala Bidang Distribusi Cadangan Pangan, Kementerian Pertanian, Maino Dwi Hartono, mengatakan, sejauh ini pihaknya sudah memberikan subsidi ongkos angkut untuk distribusi jagung sebanyak 1.300 ton. Ia mengatakan, upaya itu hanya solusi jangka pendek situasi darurat lantaran kemampuan anggaran pemerintah yang terbatas.
"Peternak baik ayam broiler maupun layer yang kecil-kecil yang harus kita bantu karena kenaikan harga jagung membuat kenaikan harga pakan. Otomatis biaya operasional makin tambah," kata Maino kepada Republika.co.id, Jumat (23/7).
Maino mengungkapkan, salah satu contoh subsidi ongkos angkut yakni untuk pendistribusian jagung dari wilayah provinsi NTB ke sentra-sentra peternakan di pulau Jawa. Harga jagung pipilan kering kadar air 14 persen di daerah sentra peternakan wilayah Jawa saat ini tengah naik hingga di kisaran Rp 5.600 - Rp 5.800 per kg.
Sementara, harga jagung di NTB dari tingkat petani untuk kualitas yang sama masih ada yang dihargai Rp 4.900 per kg.
"Biaya transportasinya kita bantu sehingga peternak bisa mendapatkan jagung sesuai dengan harga dari petani di NTB. Bantuan diberikan melalui distributor yang itu adalah koperasi peternak itu sendiri," kata Maino.
Menurut Maino, dengan subsidi ongkos angkut tersebut, sangat meringankan beban peternak. Sekalipun terjadi kenaikan harga, hanya sekitar Rp 50 lantaran adanya susut volume jagung. Ia menegaskan, bantuan itu dikhususnya untuk peternak mandiri skala kecil sementara peternak yang bermitra dengan perusahaan terintegrasi tidak mendapatkan bantuan.
Ia menambahkan, meski harga jagung saat ini mengalami kenaikan di sebagian daerah, pasokan jagung tetap tersedia. Para pedagang tetap melakukan penawaran ke berbagai koperasi peternak. Hanya saja, harga penawaran jagung, khususnya di daerah sentra peternakan sudah tinggi.
"Memang tren harga sekarang sedang bergerak naik lagi, kami belum tahu apakah ini dampak dari PPKM atau yang lain, karena akibat pengetatan ini biaya ongkos bertambah. Itu berpengaruh," ujar dia.
Salah satu peningkatan biaya ongkos yang luput dari perhatian seperti biaya tes Covid-19 para pengemudi yang membuat adanya tambahan komponen biaya. "Itu sedikit banyak ada pengaruhnya kesana, tapi yang jelas pasokan jagung itu ada hanya memang harga penawarannya tinggi," kata dia.
Sumber: REPUBLIKA