Permasalahan akan ketersediaan air di lahan kering, masih akan terus berdampak terhadap produktivitas lahan yang tidak memiliki infrastruktur irigasi.
Untuk alasan efisiensi, sebenarnya sudah ada sistem irigasi yang bisa dimanfaatkan untuk lahan kering, seperti irigasi tetes, sprinkler, dan irigasi kendi. Hanya saja, sistem irigasi tersebut masih memiliki banyak kekurangan.
Oleh karenanya, para praktisi dan akademisi terus melakukan penelitian untuk menemukan kombinasi irigasi yang pas agar bisa diaplikasikan pada lahan kering secara bijak. Dalam penelitian tersebut, mereka mencoba mendesain sistem irigasi dengan cara mengkombinasikan prinsip kerja dari irigasi tetes dan irigasi kendi.
Akhirnya, muncullah Prof. Dr. Budi Indra Setiawan, Dosen Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, yang berhasil membuat ARISGY atau inovasi sistem irigasi cincin yang sangat sesuai untuk daerah yang memiliki air sangat terbatas untuk suplai ke tanaman.
ARISGY (Automatic Ring Irrigation with Solar Energy) adalah inovasi teknologi irigasi pertanian otomatis menggunakan irigasi cincin tenaga surya yang berbasis soilmoisture sensor yang dapat menambah efektifitas penyiraman tanaman hingga 50 %.
Terdapat tiga komponen penting yang tidak bisa dilewatkan dalam pembuatan ARISGY ini, yaitu sensor kelembaban, panel surya dan juga irigasi cincin itu sendiri.
Sensor kelembaban berfungsi untuk mendeteksi tingkat kelembaban tanah yang dapat di monitoring. Jika kelembaban kurang dari 30 % maka pompa hidup dan mengeluarkan air secara otomatis, jika kelembaban lebih dari 80 % maka pompa otomatis akan mati dan berhenti mengeluarkan air.
Sedangkan panel surya berfungsi untuk menyuplai energi listrik dari pemanfaatan cahaya matahari yang diubah menjadi listrik. Sehingga nantinya dapat mengurangi biaya pembayaran listrik untuk ARISGY.
Sementara itu, irigasi cincin diperlukan sebagai alat untuk merembeskan air pada tanaman dengan debit yang kecil di daerah perakaran tanaman yang bertujuan untuk menjaga kelembaban tanah. Untuk pengaplikasiannya sendiri, irigasi cincin yang menggunakan emiter cincin tersebut ditempatkan di bawah permukaan tanah.
Jenis material cincin yang digunakan memberikan peranan penting dalam mengendalikan laju air irigasi ke dalam tanah, terutama pada karakteristik konduktivitas hidrolikanya.
Material yang digunakan adalah bahan yang porus, dapat berupa bahan keramik seperti irigasi kendi ataupun dari bahan tekstil yang memiliki tingkat permeabilitas tertentu agar mampu merembes atau menyebar ke seluruh permukaan cincin dan mempertahankan kelembaban tanah
Diameter dari emiter yaitu 20 cm yang terdiri dari selang benang 5/8 inch sepanjang 60 cm dan selang benang inch yang disambungkan hingga membentuk cincin dan memiliki lubang outlet sebanyak 5 dengan diameter lubang 5 mm dan lubang inlet dengan ukuran 7 mm pada bagian atas selang inch.
Emiter yang telah memiliki lubang outlet dan inlet dilapisi dengan kain flannel. Tempat mengalirnya air menuju inlet pada emiter cincin berasal dari pipa pvc yang dipasang di dinding ruangan. Pipa Pvc ini memiliki lubang outlet sebanyak 5 dengan diameter 7 mm dengan jarak perlubang 20 cm yang dilengkapi selang bening dengan diameter 7mm dan panjang 60 cm.
Sistem irigasi ARISGY memiliki keunggulan dalam mempertahankan kelembaban, yang dimana dengan siatem ARISGY dapat melakukan penyiraman hanya sekali dalam 2 hari. Sedangkan pada sistem irigasi manual, tanah akan cepat mengering, sehinga penyiraman dilakukan sehari sekali.
Sumber: 8Villages