Murianews, Jakarta – Pemerintah Indonesia pernah kepincut dan melakukan uji coba penanaman benih padi china. Namun hasilnya gagal karena, benih tersebut terserang penyakit. Penanaman tersebut dilakukan pada masa Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Benih tersebut didatangkan dari perusahaan China untuk tujuan swasembada pangan di Indonesia.
Itu diungkapkan Pengamat Pertanian Khudori. Menurutnya, China memang tersohor dapam pengembangan benih hibrida. Benih padi China itu bernama Yuang Longping, yang ditemukan petani China bernama Yuan Longping. Benih tersebut diklaim bisa menghasilkan panen hingga 16 ton per hektare. Sayang, benih tersebut tak bisa dikembangkan di Indonesia.
”Di beberapa tempat padi hibrida yang ditanam petani terserang penyakit. Ini menandakan, tidak mudah mengintroduksi sistem usaha tani, benih salah satunya. Pasti butuh inovasi tambahan. Inovasi ketahanan penyakit misalnya,” ujarnya dikutip dari CNBC. Pemerintahan Presiden Joko Widodo juga mencoba mengajak kerja sama China pada bidang yang sama. Kabar tersebut diungkapkan Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan.
Dalam akun Instagram resmi miliknya, Luhut menjelaskan kerja sama tersebut adalah untuk transfer teknologi dan penguatan kualitas produksi pertanian. Salah satu sasarannya yakni pada produksi padi. Pernyataan itu diungkapkan Luhut lewat akun Instagram resmi miliknya. Dalam unggahannya itu, ia menyebutkan rencana itu merupakan hasil pertemuan ke-4 High-Level Dialogue and Cooperation Mechanism (HDCM) dengan Menteri Luar Negeri China Wang Yi, beberapa waktu lalu.
Lantas, seperti sejarah penemuan benih padi hibrida China bernama Yuang Longping itu?
Ternyata, penemuan padi Yuang Longping ini berawal dari keprihatinan Yuan pada peristiwa kelaparan besar di akhir 1960-an. Kala itu, jutaan warga China mati kelaparan gegara gagalnya produksi pertanian.
Yuan yang mengalami masa itu, tak mau peristiwa memilukan itu terjadi di masa mendatang. Ia pun kemudian mengembangkan benih padi jenis baru.
Ia kemudian mengembangkan benih untuk kebutuhan darurat tersebut, yakni dapat tumbuh lebih cepat dan bertahan di lahan yang kurang subur, tapi hasil panennya lebih banyak.
Ide gila itu mulanya tak dapat diterima, karena terlalu mustahil. Namun, Yuan tetap jalan terus dan berhasil menciptakan benih padi seperti yang diinginkan pada 1970-an.
Mengutip dari South China Morning post, Yuan mengembangkan benih itu dengan mengawinkan benih padi Jantan yang mandul dengan benih padi yang lain.
Setelah berhasil, penemuannya kemudian diterapkan secara massal pada 1976 dan terbukti berhasil meningkatkan produksi padi sebesar 20 - 30 persen lebih banyak dibanding biasanya.
Mulanya, benih padi Yuang Longping itu ditaham di lahan seluas 16 juta hektare di China. Lahan tersebut diketahui hanya memiliki tingkat kesuburan sekitar 9 persen saja.
Menurut New York Post, atas penemuan itu, Pemerintah China saat itu, menyebut Yuan telah memberi makan seluruh penduduk China. Uniknya, Yuan tak mematenkan hasil penemuannya itu. Ia lebih memilih menyerahkan hasil temuannya pada Lembaga Penelitian Padi Internasional secara sukarela agar negara-negara di dunia bisa menggunakannya.
Tak hanya itu, Yuan juga mengajari para petani di sejumlah negara yang menggunakan padi temuannya agar bsia ditanam di negaranya. Tercatat, Australia, Inggris, Mesir, italia, Jepang, AS, termasuk Indonesia pernah menerapkan padi hibrida temuannya. Negara-negara itu tak perlu membayar hak paten ke Yuan maupun Pemerintah China.
Yuan pun dianggap sebagai pahlawan di sektor pertanian dan dianugerahi penghargaan Internasional. Ia pun dijuluki Bapak Hibrida oleh Pemerintah China. Berkat temuannya itu, banyak negara yang mengalami kenaikan produksi beras dalam skala luar biasa. Salah satunya adalah China yang menempati papan atas negara produsen beras.
Dikutip dari news.sina.com.cn, pada 18 November 2018, Yuan longping juga mendapatkan penghargaan Future Sience Prize – Life Science Prize. Penghargaan ini adalah hadiah sains non-pemerintah pertama di Tiongkok yang disponsori bersama oleh para ilmuwan dan pengusaha.
Namun, kiprah besar Yuan harus terhenti pada 22 Mei 2021 usai meninggal di usia 92 tahun karena sakit.