POS-KUPANG.COM I BETUN---Ditengah merebaknya virus corona di sebagian besar belahan dunia, tidak menyurutkan semangat petani di Kabupaten Malaka. Petani tetap turun menanam padi untuk memenuhi kebutuhan pangan di kabupaten ini termasuk ke beberapa kabupaten di daratan Timor.
Namun, hasil panen padi tahun 2020 agak sedikit menurun diakibatkan oleh intensitas curah hujan yang turun agak terlambat. Lahan pertanian khusus di beberapa desa seperti Kamanasa, Suai dan Kletek hanya bisa dipanen pada musim tanam satu kali dan tidak bisa panen di musim tanam kedua.
Hal ini disampaikan beberapa petani yang ditemui Pos-Kupang.com seperti Stefania di Desa Kletek, Margaritha di Suai dan Nikodemus di Kamanasa, Minggu (7/6).
Menurut Stefania saat ditemui di sela-sela panen padi di lahannya, hujan tahun 2020 ini agak terlambat. Pengalaman tahun-tahun sebelumnya, dalam kondisi hujan normal panen padi biasa dilakukan pada Maret untuk musim tanam I.
Namun, katanya, tahun 2020 ini akibat hujan terlambat maka panen padi dilakukan akhir Mei-Juni. Kondisi seperti ini membuat petani tidak bisa menanam di musim Tanam II.
"Hujan kali ini memang agak terlambat. Kami baru bisa tanam pada Maret dan hasilnya kami panen sekarang. Mau bilang apa, yang penting ada hasil untuk makan apalagi sekarang lagi corona," kata wanita paruh baya ini.
Ditanya apakah lahan yang kosong usai panen padi akan ditanami tanaman holtikultura, dirinya mengatakan, tetap dibiarkan sampai musim tanam berikutnya.
"Air susah lalu saya juga sudah tua mau kerja bagaimana. Biar saja. Istirahat dulu sampai Oktober hujan lagi baru tanam ulang padi," tambahnya.
Hal senada diakui Margaritha, pemilik lahan sawah di Suai. Dikatakannya, curah hujan saat ini sangat kurang sehingga pasokan air ke sawah tidak terlalu banyak.
Kondisi ini menyebabkan hasil panen padi agak menurun jika dibandingkan tahun sebelumnya. Selain itu, pasokan air dari saluran ke sawahpun sangat terbatas sehingga untuk penanaman musim II yang biasa dilakukan Maret-April tidak bisa dilakukan lagi.
"Pasokan air tidak cukup jadi kami tidak bisa tanam musim II lagi. Saat ini baru sebagian yang panen padi. Ada yang padi belum bunting. Semoga masih ada hujan walaupun sedikit biar lahan agak basah dan Juli mereka bisa panen," kata Margaritha wanita berdarah China saat melihat pekerja mengangkut padi yang selesai dijemur di halaman rumahnya.
Kondisi yang samapun dialami warga di tiga dusun di Desa Rabasa Haerain – Kecamatan Malaka Barat masing-masing dusun Berasi B, Halimalaka B dan dusun Halimalaka C terancam gagal panen jagung.
Pasalnya, 10 hektar lahan milik warga ketiga dusun itu terendam genangan air hujan dan terdampak banjir Kali Motadelek beberapa waktu lalu.
Ada beberapa kebun milik warga tanamannya mati dan ada tanaman jagung yang kelihatan tidak berdaya lagi dipotong tuannya untuk makanan sapi.
Kondisi ini diakui Kepala Seksi Kesra Desa Haerain, Fransiskus Hamagun mkepada wartawan di Rabasa Haerain- Kecamatan Malaka Barat, Jumat (5/6).
Dikatakannya, hujan yang berkepanjangan dan luapan banjir Kali Motadelek beberapa waktu lalu menggenangi kurang lebih 10 ha tanaman jagung milik masyarakat di tiga dusun yakni di dusun Berasi B, Halimalaka B dan dusun Halimalaka C .
”Akibat genangan air yang bercampur lumpur akibat banjir kali motadelek maka tanaman jagung milik warga mati dan layu tidak berdaya. Harapan kita tipis untuk bisa panen pada musim tanam ini," katanya.
Simon Bria Mea, warga Dusun Berasi B – Desa Rabasa Haerain kmengatakan tanaman jagung miliknya di kebun seluas 50 are mati karena terendam banjir. Karena jagungnya mati maka langkah yang dilakukan adalag memotong batang jagung untuk makanan sapi.
Sedangkan Yakobus Kehi, mengatakan kebun jagungnya seluas 45 are digenangi banjir sehingga jagungnya mati. Dirinya sudah membersihkan dan jagung yang tidak berhasil sudah dipotong untuk makanan sapi. Dirinya bencana untuk tanam ulang jagung atau Kacang Ijo, tergantung ketersediaan bibit.
Bupati Malaka, dr. Stefanus Bria Seran, MPH dalam setiap kesempatan terus mendorong petani untuk turun ke sawah walaupun pandemi corona masih merajalela.
Dirinya meminta agar petani tetap menaati protokoler kesehatan karena kalau petani tidak turun ke sawah guna menjaga ketersediaan pangan bagi warga di Malaka umumnya, maka warga akan susah.
Sumber: POS-KUPANG