MEDAN, KOMPAS — Industri karet dan sawit menjadi dua komoditas penopang ekonomi Sumatera Utara di tengah pandemi Covid-19. Harga karet di tingkat petani meningkat hingga Rp 10.500 per kilogram dan tandan buah segar sawit Rp 1.900 per kilogram. Protokol kesehatan tetap bisa diterapkan di semua rantai pasok industri perkebunan.
”Operasional industri karet bisa berjalan dengan baik di tengah pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Kegiatan ekspor juga tetap bisa berjalan,” kata Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumatera Utara Edy Irwansyah, Senin (5/7/2021).
Edy mengungkapkan, industri karet tetap bisa beroperasi dengan baik mulai dari aktivitas di perkebunan, pengangkutan getah karet ke pabrik, kemudian dilanjutkan ke pelabuhan, hingga pengapalan ke negara tujuan ekspor. Semua kegiatan operasional bisa dilaksanakan dengan tetap menerapkan protokol kesehatan Covid-19.
Selain itu, harga karet di tingkat petani dalam beberapa bulan ini juga terus membaik. Menurut Edy, getah karet yang diolah dengan cara yang baik harganya mencapai Rp 10.500 per kilogram. Sementara karet petani yang belum diolah dengan baik sekitar Rp 8.000.
Peningkatan harga di tingkat petani didorong permintaan di pasar dunia. Harga karet remah jenis TSR (technical speciefied rubber) 20 pun kini 1,67 dollar AS per kilogram. Meski demikian, Edy menyebut, volume ekspor karet dari Sumut pada April dan Mei 2021 menurun drastis karena jadwal pelayaran kapal berubah.
Akibatnya, pembeli karet harus menggeser jadwal pengapalan karet. Namun, secara tahunan, volume ekspor tidak menurun signifikan karena hanya disebabkan pergeseran jadwal.
Volume ekspor karet pada April sebesar 31.555 ton atau anjlok sekitar 10,3 persen dibanding bulan sebelumnya yang mencapai 35.190 ton. ”Volume ekspor pun semakin anjlok pada Mei yang kami perkirakan hanya sekitar 25.000 ton atau turun sekitar 16 persen dibanding April,” kata Edy.
Sementara itu, harga karet yang naik signifikan membuat petani di Sumut juga semakin bergairah menyadap. Kebun-kebun karet yang sebelumnya terbengkalai kini mulai disadap kembali.
”Tahun lalu, kelompok tani kami biasanya hanya mengumpulkan 1 ton getah karet per minggu. Kini kami bisa mendapat 5 ton,” kata Sungkunen Tarigan (40), Ketua Kelompok Tani Mbuah Page, Desa Kuta Jurung, Kecamatan Sinembah Tanjung Muda Hilir, Kabupaten Deli Serdang.
Sungkunen mengatakan, harga karet di desanya sudah bertahan Rp 10.500 per kilogram selama dua bulan belakangan. Harga itu meningkat dibanding tahun lalu yang masih sekitar Rp 6.000. Menurut dia, idealnya harga karet minimal Rp 10.000 atau sama dengan harga 1 kilogram beras agar menguntungkan bagi petani.
Harga sawit
Sama halnya dengan karet, industri sawit juga bergairah dengan harga yang masih cukup baik. ”Industri sawit tetap berjalan dengan baik di tengah pandemi Covid-19. Kami melakukan protokol kesehatan dan memaksimalkan vaksinasi secara masif,” kata Sekretaris Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Sumatera Utara Timbas Prasad Ginting.
Berdasarkan hasil rapat Kelompok Kerja Teknis Tim Rumus Harga TBS Sawit Dinas Perkebunan Sumut, harga tandan buah segar atau TBS sawit dengan rendemen 19,93 persen periode 30 Juni-6 Juli mencapai Rp 1.928 per kilogram. Harga tersebut stabil sepanjang pandemi, bahkan sempat naik hingga Rp 2.275 per kg pada Mei.
Timbas mengatakan, semua rantai pasok industri sawit bisa berjalan dengan baik di tengah pandemi. Di Sumut terdapat 1,8 juta hektar kebun sawit dengan 162 pabrik. Industri sawit di Sumut pun menyerap lebih dari 560.000 pekerja secara langsung.
Sumber: KOMPAS