Bisnis.com, JAKARTA – Harga jagung melonjak hampir 4 persen pada perdagangan Senin (3/5/2021) mendekati level tertingginya dalam 8 tahun. Prospek pemangkasan produksi dari produsen utama, Brasil, menjadi katalis utama. Dilansir dari Bloomberg, harga jagung berjangka sempat menyentuh level US$6,98 per bushel sebelum diperdagangkan pada kisaran US$6,89 per bushel pada pukul 11.00 waktu Singapura. Lonjakan ini terjadi setelah jagung menguat tipis 25 sen pada perdagangan Jumat (30/4/2021) lalu. Salah satu faktor utama reli harga jagung adalah pemangkasan produksi dari Brasil. Data dari Safras menyebutkan, jumlah produksi jagung Brasil pada tahun ini berada di kisaran 104 juta ton, atau turun dari estimasi sebelumnya pada 112,8 juta ton. Sementara itu, laporan dari Maxar mencatat, penurunan output jagung pada tahun ini utamanya disebabkan oleh faktor cuaca. Terbatasnya hujan yang didapatkan wilayah-wilayah produsen jagung akan membuat benih yang ditanam tidak mendapatkan air yang cukup. “Siklus cuaca yang kering memberikan tekanan yang signifikan pada tanaman jagung,” demikian kutipan laporan tersebut. Penurunan produksi dari Brasil juga datang ditengah kondisi pasokan yang tidak mampu mengimbangi pertumbuhan permintaan. Hal tersebut terjadi menyusul kenaikan permintaan dari China untuk memulihkan produksi ternaknya. Kenaikan permintaan juga terjadi pada industri turunan produk jagung, diantaranya pembuat tepung dan pemanis. Para pelaku pasar juga tengah memantau progres penanaman jagung di AS. Sebelumnya, Fitch Solutions menyebutkan harga jagung akan bergerak lebih tinggi pada tahun ini seiring dengan menurunnya jumlah panen pada negara-negara produsen. Dalam laporannya, Fitch Solutions memaparkan, pasar akan mengalami defisit pasokan sebesar 20 juta ton pada musim 2020/2021. Defisit tersebut kemudian akan berbalik menjadi surplus sebesar 15 juta ton pada musim 2021/2022 dan mencapai 24 juta ton pada musim 2024/2025. Fitch Solutions menetapkan kisaran harga jagung terbaru untuk tahun 2021 pada US$5,25 per bushel. Sementara itu, harga pada tahun 2022 diproyeksikan di level US$4,75 per bushel sebelum melemah secara moderat hingga 2025 mendatang. “Meskipun produksi akan meningkat pada 2021/2022, hagra jagung akan tetap tinggi seiring dengan pulihnya permintaan industri dan impor dari China yang tetap tinggi,” demikian kutipan laporan tersebut. Adapun, Fitch Solutions mengatakan, dalam jangka pendek, pergerakan harga jagung akan ditopang oleh sentimen cuaca yang mempengaruhi proses penanaman jagung di Amerika Selatan serta proyeksi penanaman di AS. Dalam beberapa pekan mendatang, harga jagung diperkirakan bergerak fluktuatif. Hal tersebut seiring dengan sikap pasar yang menunggu perkembangan kondisi ternak di China menyusul kasus penyebaran flu babi Afrika. “Pasar juga akan memantau kondisi cuaca di belahan bumi utara dimana musim penanaman jagung 2021/2022 dimulai,” demikian kutipan laporan tersebut.
Sumber: Bisnis