PURWOREJO,Radar Bromo – Tak banyak yang bisa dilakukan pemerintah menyikapi harga cabai rawit yang melambung tinggi. Alasannya, kenaikan harga terjadi dipicu faktor cuaca. Banyaknya petani yang gagal panen menjadi faktor utama harga cabai menyamai harga daging sapi.
Satu-satunya harapan agar harga cabai bisa turun masa panen raya. Begitu memasuki masa panen raya, pasokan cabai bisa berangsur normal. Di samping itu, peralihan musim kemarau juga diharapkan bisa membuat hasil panen cabai lebih baik. “Kami koordinasi dengan Pemprov, ternyata kondisi di daerah lain juga sama,” ujar Kabid Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pasuruan Edy Trisulo Yudo.
Karenanya, pihaknya kini hanya menunggu masa panen raya cabai rawit. Diperkirakan, masa panen berlangsung mulai pekan ketiga April. Petani bisa memanen sampai awal Juni. Masa panen raya itu yang diharapkan bisa membuat pasokan cabai rawit di pasaran lebih terjamin. “Sehingga, bisa mempengaruhi penurunan harga di pasar,” kata Edy.
Hal itu, lanjut Edy, juga disampaikan asosiasi petani cabai saat rapat koordinasi dengan Pemprov Jawa Timur, beberapa waktu lalu. Apabila sudah masuk panen raya, harga cabai diprediksi bisa turun di angka Rp 40 ribu per kilogram. Saat ini masih di kisaran Rp 117 ribu per kilogram. “Jika sudah panen raya, nanti mudah-mudahan hasilnya baik dan stok di pasar bisa terpenuhi,” kata Edy.
Meski harga Rp 40 ribu per kilogram untuk komoditas cabai rawit belum bisa dikatakan normal. Sebab, harga normalnya sekitar Rp 25 ribu sampai Rp 35 ribu. “Diperkirakan tidak bisa lebih rendah dari Rp 40 ribu, karena petani masih perlu menutupi kerugian saat gagal panen,” jelasnya.
Sumber: Radar Bromo