Kotabumi (Lampost.co)--Bentuknya kecil dan mungil, warnanya putih seperti kapas. Serangga itu biasa hidup di sela daun serta batang dan bila tanaman sayur itu goyang, mereka loncat serta terbang mengikuti embusan angin.
Para petani sayur menyebutnya hama itu kutu kebul. Hama tersebut menjadi musuh bagi para petani, terutama yang bercocok tanam sayur.
Pardi, warga Desa Trimodadi, Kecamatan Abung Selatan, mengatakan bila jumlahnya sedikit, hama yang mengisap nutrisi tanaman tersebut tidak jadi masalah. Tapi bila serangan meluas dan merata di areal lahan sekitar 1 hektare (ha) tanaman terong di areal lahan yang digarap, hal itu menyebabkan petani sayur merasa galau.
"Perasaan kami galau, serangan hama kutu kebul merata di tanaman terong yang kami budi dayakan. Dampak dari serangan itu berakibat, buah terong yang dihasilkan mengecil dan produktivitas hasil panen anjlok sekitar 50 persen dari yang biasanya. Dari 1,5 kuintal sekali panen per tiga hari sekarang hanya tersisa 70 kilo saja," ujarnya, Senin, 11 November 2019.
Untuk upaya penanggulangan serangan hama yang menyerang sebulan terakhir sekitar Oktober 2019 lalu, sudah dilakukan, baik dengan pestisida organik maupun kimia. Namun, hasilnya belum ada perubahan hingga kini.
Tanaman tetap terserang hama. Petani berharap instansi terkait segera turun untuk memberikan solusi cara penanggulangan hama tersebut.
“Bila serangan itu terus berlanjut dimungkinkan akan memupuskan harapan kami dan itulah keresahan serta kegalauan kami sebagai petani. Serangan hama tersebut bukan hanya di tempat saya tapi juga di areal petani sayur yang lain dan yang kami butuhkan saat ini hanya solusi dari penyuluh pertanian," katanya lirih.
Sumber: Lampost