IDI - Ribuan hektare lahan pertanian masyarakat di Gampong Seumanah Jaya, Kecamatan Ranto Peureulak, Aceh Timur, kini mulai bergeliat kembali setelah sempat terpuruk sejak 2005 karena gangguan gajah liar.
Di bawah binaan Dinas Pertanian dan Dinas Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Aceh Timur, kini para petani mulai menggarap lahan dengan fokus mengembangkan tanaman jagung.
Ketua Kontak Tani Nelayan Andalas (KTNA) Kecamatan Ranto Peureulak, Aceh Timur, Zulbahri, kepada Serambi, Minggu (9/8/2020) mengatakan masyarakat antusias mengembangkan tanaman jagung sejak 2016 lalu, karena perawatannya mudah, dan hasilnya juga lebih menjanjikan.
Dalam satu hektare lahan yang ditanam jagung, kata Zul, bisa menghasilkan biji jagung 4 ton dan maksimal 12 ton tergantung perawatannya dengan masa panen 4 bulan sekali. Harga jual kepada agen lokal sekitar Rp 2.600-3.500 per kg, dan jika dijual ke Medan berkisar Rp 3.500-5.000 per kg.
“Alhamdulillah saat ini, petani sangat antusias menanam jagung, sudah seperti menanam tanaman pokok padi,” jelas Zulbahri. Bahkan, kata dia, sejumlah petani rela mengalihfungsikan lahan dari tanaman tua untuk menanam jagung.
Tgk Tamizi salah satu petani berharap Dinas Pertanian, dan Penyuluhan secara berkelanjutan mendampingi dan membina petani dalam mengembangkan tanaman jagung agar hasil yang diraih maksimal dan taraf kehidupan masyarakat terus meningkat.
Gangguan gajah liar saat ini mulai berkurang seiring masyarakat mulai membuka kembali lahan telantar yang sebelumnya semak dan dihuni kawanan gajah.
Sumber Aceh Tribunnews