Pemerintah Kabupaten Ende menyediakan bibit jagung untuk mendorong petani menanam jagung seluas 200 hektar, 180 hektar di Kecamatan Kotabaru dan 20 hektar di Kecamatan Wewaria.
Petani diwajibkan menyisihkan satu ton hasil panen bagi ketahanan pangan daerah dan selebihnya dijual petani untuk membeli sapi bakalan, yang disebut Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Victor Laiskodat sebagai program Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS).
KJF Dinas Pertanian Kabupaten Ende, Martha Umi Yuaningsih mengatakan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) memanfaatkan lahan kering untuk menanam jagung, laba hasil panen jagung untuk membeli sapi bakalan. Tujuannya, meningkatkan produksi jagung dan populasi ternak sapi lebih cepat.
TJPS adalah program integrasi subsektor tanaman pangan dan peternakan, untuk memikat agar tetap menanam jagung sekaligus beternak sapi dalam mendukung ketahanan pangan.
“Petani dan petugas lapangan membuat komitmen bahwa hasil panen jagung dijual setelah menyisihkan satu ton untuk food security. Selebihnya antara tiga sampai empat ton untuk membeli sapi bakalan,” katanya, belum lama ini.
Menurut Martha, dari perkiraan harga jagung sedikitnya Rp3 ribu per kg lalu dikali hasil panen, tiga sampai empat ton, maka petani akan memperoleh uang tunai sekitar Rp9 juta hingga Rp12 juta sekali panen, maka petani jagung dapat membeli minimal dua ekor sapi bakalan.
Martha menambahkan, untuk TJPS periode April – September 2020 (Asep) di Desa Aemuri, Pemkab Ende melibatkan lima kelompok tani (Poktan) terdiri atas Poktan Sa Ate, Dau Jadi, Muri Sama, Imu Pawe dan Rina Bale yang didampingi penyuluh pertanian setempat.
“Pada hamparan Aekole seluas enam hektar, penanaman perdana jagung didukung petani setempat dan dihadiri sejumlah pejabat sipil dan militer Ende,” kata Martha melalui keterangan tertulis yang dihimpun Pusat Penyuluhan Pertanian (Pusluhtan BPPSDMP).
Martha Umi Yuaningsih menegaskan, penyuluh pertanian Ende melakukan pendampingan dan pengawalan TJPS sesuai perencanaan program penyuluhan yang disusun bersama antara penyuluh dan petani, sehingga petani dapat berusahatani jagung dengan baik untuk meningkatkan taraf hidupnya.
Martha mengaku, Pemkab Ende mendorong penyuluh berperan sebagai motivator, fasilitator, edukator dan komunikator. Efektifitas pelaksanaan dari penyuluhan tentang pengolahan tanah, pengaturan jarak tanam, pemupukan berimbang, pengelolaan air, penyiangan gulma, pengendalian hama dan penyakit, pelaksanaan panen dan penanganan pasca panen.
Penyuluh Pusat Yulia Tri Sedyowati di Kementerian Pertanian RI melaporkan, langkah petani Ende sejalan dengan instruksi Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo agar pemerintah daerah mendukung kinerja petani didampingi penyuluh untuk sinergi bekerja keras untuk mendukung pemenuhan kebutuhan pangan.
Hal itu digarisbawahi oleh Kepala BPPSDMP Dedi Nursyamsi bahwa ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga. Hal ini tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau.
“Jagung sebagai komoditas pangan sedangkan sapi berperan sebagai benteng pertahanan ekonomi rumah tangga. Lazim dijual untuk kebutuhan strategis rumah tangga seperti biaya sekolah, membangun rumah atau kebutuhan ekonomi mendesak lainnya,” tuturnya.
Sumber Indopos