Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) selama sepekan ini menguat, di tengah indikasi meningkatnya permintaan global sebagaimana terlihat dari kenaikan ekspor dua produsen utamanya yakni Indonesia dan Malaysia.
Harga kontrak berjangka CPO yang aktif ditransaksikan di bursa Malaysia menguat 3,6% ke MYR 4.300/ton pada perdagangan Jumat, sehingga membantu reli harga minyak nabati tersebut secara mingguan, yang mencapai 7% dibanding penutupan akhir pekan lalu (MYR 4.020/ton).
Reli sepekan ini melanjutkan tren penguatan mingguan sepekan sebelumnya di mana harga CPO terangkat 3,1% dari level MYR 3.898/ton.
Sepanjang Juli, harga komoditas perkebunan andalan Indonesia ini melesat 13,7%, dan membantu terbentuknya reli sepanjang tahun berjalan yang telah mencapai 19,4%.
Harga Kontrak Berjangka CPO Sepanjang Juli (Ringgit/Ton)
Kenaikan harga terjadi di tengah kenaikan nilai ekspor CPO Indonesia per Mei, yang mencapai US$ 3 miliar. Bagi Indonesia, ekspor CPO menyumbang 18,5% komoditas ekspor. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) melaporkan kenaikan nilai ekspor tidak hanya dipicu lonjakan harga, melainkan juga kenaikan volume, sebesar 12%, menjadi 2,95 juta ton.
Di Malaysia, ekspor sepanjang paruh pertama bulan ini menguat 3,8% menjadi 682.426 ton, sebagaimana dilaporkan oleh perusahaan penyurvei kargo Societe Generale de Surveillance pada Kamis lalu, sebagaimana diberitakan Reuters.
Kenaikan terjadi di tengah pukulan suplai yang dihadapi pasar kedelai, karena musim panas di belahan bumi Utara (Amerika Serikat dan Kanada) membuat panen kedelai dan minyak kanola tertekan.
Di sisi lain, suplai CPO diprediksi menurun bulan ini karena kenaikan kasus Covid-19 di Indonesia dan Malaysia memaksa berlakunya pembatasan sosial, termasuk di kalangan industri minyak sawit.
Kabar buruk yang berdampak positif bagi harga CPO muncul di Indonesia, dengan dicabutnya keanggotaan Korindo Group di lembaga sertifikasi hasil perkebunan ramah lingkungan yakni Forest Stewardship Council (FSC), setelah perseroan dilaporkan sengaja melakukan pembakaran lahan di Papua untuk penanaman sawit.
Korindo diduga membuka lahan 30.000 hektar hujan tropis di Papua, dengan praktik pembakaran dan nilai kompensasi kepada warga adat yang terlalu rendah.
Secara teknikal. analis komoditas Reuters Wang Tao memperkirakan ruang penguatan harga CPO masih terbuka, dengan titik resistance di MYR 4.260/ton. Jika tertembus, maka target selanjutnya ada di rentang MYR 4.352-4.525/ton.
Sumber: CNBC