Corteva Agriscience Membekali Petani Jagung di Seluruh Indonesia dengan Pengetahuan dan Prosedur Pengendalian Hama Terpadu untuk Melindungi Tanaman
Jakarta, Indonesia, 3 Maret 2020 — Corteva Agriscience (NYSE: CTVA) hari ini memperkenalkan solusi pengendalian hama baru kepada para petani jagung Indonesia, sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia yang menyetujui pendaftaran label Spinetoram 120 SC untuk melindungi tanaman jagung dari kerusakan akibat serangan hama ulat grayak (fall armyworm). Spinetoram 120 SC diperdagangkan di Indonesia dengan nama insektisida Endure®.
“Dengan terdaftarnya penggunaan insektisida Endure® ini untuk mengendalikan serangan ulat grayak pada tanaman jagung (fall armyworm), Corteva dapat menawarkan produk yang berkelanjutan dan memiliki perfoma tinggi kepada para petani di seluruh Indonesia. Sebagai bagian dari pendekatan Pengendalian Hama Terpadu, insektisida Endure® secara efektif melindungi tanaman jagung dari hama yang sangat rakus dan sangat merusak. Fokus kami saat ini adalah untuk memastikan bahwa solusi ini dapat segera tersedia bagi para petani yang sangat membutuhkannya,” ujar Ibu Rachel Lomibao, Commercial Unit Leader, Indonesia dan Malaysia, Corteva Agriscience.
“Kerusakan yang disebabkan oleh Ulat Grayak (fall armyworm) telah memberikan akibat langsung kepada ketahanan pangan dan juga menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan bukan hanya terhadap petani dan konsumen, namun juga terhadap industri pakan unggas yang bergantung pada biji jagung, untuk dapat memenuhi permintaan publik atas daging dan telur unggas,” sambungnya.
Endure® adalah insektisida dengan spektrum luas untuk mengendalikan hama perusak tanaman. Insektisida ini sangat efektif digunakan terhadap hama target hanya dengan dosis yang sangat rendah dan relatif aman terhadap musuh alami. Bahan aktif Endure®, Spinetoram, berasal dari bahan hayati dan telah disetujui untuk ditinjau dan diterima oleh US EPA (Lembaga Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat) dalam Reduced Risk Pesticide Program (Program Pengurangan Resiko Pestisida) dan telah terpilih sebagai pemenang Presidential Green Chemistry Challenge tahun 2008, sebagai Designing Greener Chemicals Award . Produk ini juga telah menerima Agro Award sebagai ‘Best New Crop Protection Product’ pada tahun 2010.
Ulat Grayak pada tanaman jagung (fall armyworm), hama asli berasal dari Amerika yang sumber pakan utamanya adalah jagung , tiba di Asia pada tahun 2018, dan pertama kali dilaporkan berada di Karnataka, India, sebelum menyebar dengan cepat ke wilayah Thailand, Myanmar, Vietnam, Indonesia dan China. Belakangan ini, telah dilakukan observasi terhadap hama ini di Australia.
Jagung dibudidayakan di sekitar 55 juta hektar wilayah Asia Pasifik . Setelah padi, jagung adalah tanaman pangan yang paling banyak ditanam di Indonesia, dan mencapai luas sekitar 3,7 juta hektar wilayah budidaya di seluruh negeri.
Corteva akan menyelenggarakan rangkaian program pelatihan di seluruh wilayah untuk membekali para petani dengan aneka pengetahuan tentang ulat grayak pada tanaman jagung (fall armyworm) beserta gejala kerusakan yang ditimbulkannya. Pelatihan ini juga akan meliputi praktek agronomi yang lebih baik dan implementasi Pengendalian Hama Terpadu, yang merupakan kombinasi antara panduan, monitoring dan penanganan yang sesuai dengan target sasaran untuk perlindungan tanaman. Penggunaan insektisida Endure® dengan prinsip-prinsip Pengendalian Hama Terpadu dapat membantu memberikan pengendalian hama yang efektif, seragam dan tahan lama serta mengendalikan pertumbuhan resistensi hama.
“Sayangnya, tidak hanya petani di Indonesia yang menghadapi dampak kehancuran dari hama yang menyebar dengan cepat ini. Ketika banyak negara di Asia Pasifik menghadapi kerusakan yang disebabkan oleh ulat grayak pada tanaman jagung (fall armyworm), tim Corteva di seluruh Asia Pasifik bekerja tanpa mengenal lelah bersama seluruh pihak terkait dalam industri ini untuk memastikan agar para petani memiliki bekal pengetahuan dan teknologi yang diperlukan guna melindungi tanaman jagungnya dengan melakukan intervensi awal serta menangani bahayanya dengan cara yang cepat dan berkesinambungan,” kata Ibu Lomibao.
Dengan adanya pengetahuan dan teknologi yang sangat diperlukan untuk mengatasi ancaman hama ulat grayak (fall armyworm), para petani jagung di Indonesia kini dapat bergabung dalam komunitas petani se-Asia dimana instansi pertanian lokal juga merekomendasikan penggunaan Spinetoram untuk menanggulangi bahaya hama ini. Spinetoram telah dipergunakan pada jagung di negara-negara lainnya seperti Amerika Serikat, Brazil, Columbia, Bolivia, Afrika Selatan, Sambia dan Zimbabwe, dimana para petaninya telah dapat mengontrol dampak hama ini melalui intervensi awal.
Tentang Corteva Agriscience
Corteva Agriscience menyediakan portofolio terlengkap dalam industri pertanian bagi para petani di seluruh dunia untuk meningkatkan hasil panen dan profitabilitas secara maksimal - termasuk beberapa merek terkenal sekaligus pemenang penghargaan produk perlindungan tanaman dalam industri pertanian yaitu bibit Pioneer®, Granular®, dan Brevant™ - membawa berbagai produk baru ke pasaran melalui strateginya yang kuat dalam penemuan bahan aktif dan teknologi. Perusahaan ini berkomitmen untuk berkerja sama dengan para pihak terkait di seluruh sistem tatanan pangan dalam rangka memenuhi janjinya untuk meningkatkan kualitas hidup para produsen dan konsumen, memastikan adanya kemajuan bagi generasi yang akan datang. Corteva Agriscience menjadi perusahaan publik yang independen pada tanggal 1 Juni 2019, dimana sebelumnya adalah Divisi Pertanian dari DowDuPont. Informasi selengkapnya dapat diperoleh di www.corteva.com.
Tentang Ulat Grayak pada Tanaman Jagug (fall armyworm)
Ulat Grayak (fall armyworm), atau Spodoptera frugiperda, adalah hama berasal dari daerah tropis dan subtropis di benua Amerika. Tanpa adanya pengendalian alami atau manajemen tanaman yang baik, hama ini dapat menyebabkan kerusakan yang cukup signifikan pada tanaman. Hama ini lebih menyukai maize, spesies jagung dari India, namun mereka juga memakan lebih dari 80 jenis jagung lainnya, termasuk padi, sorgum, jawawut, tebu, tanaman sayur-sayuran dan juga kapas. Ulat Grayak pada tanaman Jagung (fall armyworm) pertama kali dideteksi keberadaannya di Afrika Tengah dan Barat pada awal 2016 dan telah menyebar dengan cepat di seluruh Sub Sahara Afrika. Pada bulan Juli 2018 keberadaan hama ini telah dikonfirmasi di Indonesia dan Yaman. Hama ini memiliki potensi penyebaran yang lebih jauh karena arus perdagangan dan kekuatan terbang hama ini yang sangat pesat. Para petani akan membutuhkan dukungan yang kuat melalui Pengendalian Hama Terpadu agar dapat mengendalikan ulat grayak pada tanaman jagung (fall armyworm) secara berkelanjutan dalam sistem pertanaman mereka. Informasi selengkapnya dapat diperoleh pada laman www.fao.org/fall-armyworm.