Jakarta - Perum Bulog menargetkan penyerapan cadangan beras pemerintah (CBP) dari panen petani dalam negeri mencapai 950.000 ton. Dari target tersebut, 61% di antaranya akan diserap pada panen raya beras yang jatuh di bulan April, Mei, dan Juni 2020.
"Perum Bulog merencanakan pengadaan CBP tahun ini mencapai sebesar 950.000 ton beras. Target pengadaan tersebut ditujukan untuk menjaga agar stok CBP tetap berada dalam rentan 1-1,5 juta ton," kata Buwas dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi IV DPR RI, Kamis (9/4/2020).
Secara rinci, selama April 2020 ini Bulog menargetkan penyerapan gabah atau beras dalam negeri sebanyak 222.000 ton, kemudian selama bulan Mei 207.000 ton, dan bulan Juni 148.000 ton. Dengan demikian, jumlah target waktu pengadaan selama 3 bulan tersebut mencapai kurang lebih 577.000 ton.
"Penyerapan gabah atau beras dalam negeri tersebut selain menjaga stok beras agar berada pada rentan yang telah ditentukan juga secara nasional dengan mengacu pada harga pembelian pemerintah (HPP) untuk menjaga harga di tingkat petani di tengah jumlah pasokan meningkat ketika panen," papar Buwas.
Adapun strategi Bulog dalam menyerap 950.000 ton beras sebagai berikut:
Pertama, pengadaan CBP dilakukan dalam bentuk gabah kering giling (GKG) untuk meminimalisir risiko kerusakan, dapat disimpan dalam jangka waktu lebih lama, serta memperoleh beras fresh dengan kualitas premium.
Kedua, izin penggilingan akan diterbitkan secara simultan bagi kantor wilayah yang memiliki stok jumlah CBP rendah, sehingga dapat dilaksanakan secara langsung.
Ketiga, kerja sama on farm instansi maupun dalam skema on farm maupun mandiri Bulog agar dapat menambah pasokan gabah dengan harga kompetitif.
Keempat, optimalisasi pengolahan dengan cara meningkatkan sinergi satuan kerja dan Bulog untuk pengolahan gabah, kerja sama dengan penggilingan swasta dalam hal pengolahan gabah, serta pendayagunaan infrastruktur PMN seperti modern rice dan rice to rice.
Kelima, melakukan pemetaan atau mapping calon supplier yang akan memasok gabah atau beras ke Perum Bulog berdasarkan kapasitas produksi, luasan pembinaan petani, varietas gabah yang banyak, prediksi harga dan kriteria signifikan lainnya.
Sumber : Finance Detik