Harianjogja.com, BANTUL - Pemerintah Kabupaten Bantul terus berupaya meningkatkan produksi padi, salah satu upaya baru yang dilakukan adalah melalui program Indeks Pertanaman (IP) 400 atau pola tanam padi empat kali tanam dan empat kali panen dalam setahun. Selama ini yang dilakukan baru IP 300 atau tiga kali tanam dan tiga kali panen.
Untuk mendukung program IP 400, Pemkab Bantul melalui Dinas Pertanian dan Pangan telah menyiapkan lahan seluas 5.000 hektare. Bupati Bantul Abdul Halim Muslih mengatakan IP 400 merupakan program nasional dan Bantul salah satu kabupaten di DIY yang paling siap untuk menerapkan program tersebut.
“Ini satu terobosan dalam setahun bisa panen empat kali, ini dapat membantu meningkatkan pendapatan petani karena ini diolah secara efiisen,” kata Halim saat meluncurkan program tanam padi IP 400 di aula Dinas Pertanian dan Bangan, Selasa (4/12).
Rencananya program tanam padi IP 400 tersebut akan dimulai pada bulan ini dengan varietas padi genjah. Halim berharap program tersebut dapat meningkatkan produksi padi di Bantul dan petani mendapat penghasilan lebih.
Menurut Halim program IP 400 melengkapi inovasi dalam bidang pertanian di Bantul setelah program food estate atau lumbung pangan yang tengah di jalankan Pemkab Bantul melalui komoditas bawang merah, cabai, jagung, dan kedelai. Selain itu juga program penanaman cabai off season yang diembangkan di lahan pesisir Bantul.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Bantul, Joko Waluyo menambahkan lahan 5.000 hektare untuk program tanam padi IP 400 tersebar di 17 kapanewon. Pihaknya baru bisa menyediakan lahan 5.000 karena pertimbangan ketersediaan jaringan irigasi. “Karena irigasi harus bagus jangan sampai berhenti aliran air karena setahun full tanam padi terus,” kata Joko.
Namun demikian pihaknya terus meminta panewu dan lurah untuk mencari lahan baru yang jaringan irigasinya bagus. Selama ini diakui Joko sebagian besar petani masih menanam padi dua kali dalam setahun, selebihnya ditanam palawija karena kurangnya ketersediaan jaringan irigasi yang lancar.
Dari Data Dinas Pertanian dan pangan produksi beras di Bantul selama sebanyak 119.296 ton pada 2017 dan 119.899 pada 2018. Sementara produksi gabah keringnya pada dua tahun tersebut sebanyak 190.144 ton (2017) dan 187.282 ton (2018). Luasa lahan panen padi di dua tahun tersebut 29.981 hektare (2017) dan 31.182 hektare (2018). Luasan lahan tersebut dalam hitungan dua kali panen dalam setahun.
“Harapan kami adanya IP 400 tambah lagi luasan tanaman padi, karena tanam padi terus, bukan padi-padi palawija,” ujar Joko. Lebih lanjut Joko mengatakan program IP 400 sudah diujicobakan di berbagai wilayah, salah satunya di Sukoharjo, Jawa Tengah dengan hasil panen 7,3-8 ton gabah kering per hektare.
Menurut dia, yang perlu diwaspadai dari program tanam padi IP 400 adalah ketersediaan air, hama, dan alat mekanik, dan pupuk karena dalam setahun dalam satu lahan ditanami padi. Karena itu pihaknya akan bekerjasama dengan instansi lain untuk perbaikan saluran irigasi dan memastikan suplai pupuk lancar.
Anggota Komisi B DPRD Bantul, Wildan Nafis mendukung program tanam padi IP 400 untuk peningkatan produksi gabah dan beras. Namun ia juga mengingatkan agar jaringan irigasinya bagus karena jaringan irigasi menjadi faktor utama, “Karena yang menjadi persoalan selama ini adalah jaringan irigasi yang tersendat sehingga menghambat aliran air,” ujar Wildan.
Politikus Partai Amanat Nasional (PAN) ini juga meminta Dinas Pertanian dan pangan untuk menertibkan jaringan irigasi yang mengairi perikanan di Bantul agar airnya tidak dibuang ke sungai melainkan dikembalikan lagi ke saluran irigasi. Sebab selama ini pembudidaya ikan yang memanfaatkan jaringan irigasi namun air yang masuk kolam pembuangannya langsung ke sungai atau tidak kembali lagi ke jaringan irigasi.
Sumber: Harianjogja